ISI SOLO SELAMA 24 JAM MENGGELAR SKENA MENARI : BERSUA, BERCENGKERAMA dan BERKELANA

Panitia WDD 24 Jam Menari tahun 2024, berfoto bersama sejumlah wartawan seusai jumpa pers.

SOLO (JURNALKREASINDO.COM)Dalam memperihangati World Dance Day (hari menari se-dunia) Ke 18 pada tahun 2024 ini, ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta akan  menggelar acara 24 Jam menari  dengan mengusung tema ‘Skena menari:  bersua, bercengkerama, berkelana’. Tema ini inspirasi dari tranding kehidupan kawula muda yang melakukan aktifitas ‘skena’.

Dimana mereka bersatu bersua, bercengkerama dan berkelana. Arti Bersua  disini, bertemu bisa di caffe, warung atau dimana saja. Mereka bertemu dengan teman, bertemu dengan banyak orang, bahkan bisa bertemu dengan banyak kehidupan baru. Selanjutnya cengkerama, yaitu berdiskusi, dialog, untuk menyelesaikan semua permasalahan, sampai  akhirnya tugas selesai dan berkelana.

Untuk pelaksanaan perayaan peringatan tersebut, tentu saja pihak ISI cukup menyerap energi dalam menggolakan kredo seni pertunjukan Indonesia. Untuk pelaksanaan WDD 24 Jam Menari tahun 2024 dirancang desain erformartif yang tidak biasa. Artinya, kalau performance biasanya hanya menjadi obyek dan penontonya sebagai subyek, pada tahun ini dibuat paradikma yang berbeda.

Dari kiri : Dwi Rachmani, Hari Wuryatno dan Eko Supriyanto, ketika memberikan keterangan dengan sejumlah wartawan. 

Sehingga tari menjadi bagian dari sebuah skema perjalanan kehidupan yang ujungnya menjadikan berkarya seni. Karena marwah sebagai insan tari dan sivitas akademika, menjadikan lembaga seni adalah berkarya seni. Terdapat dua aktifitas penting dalam pelaksanaan WDD 24 Jam Menari Ke 18 itu, yakni Skena dan Festival.

Siklus Kehidupan Tari

Pernyataan itu diutarakan Eko Supriyanto (dosen dan koreografer tari ), Dwi Rachmani, Skar, MSn (ketua jurusan Fakultas Seni Tari dan ISI Solo) dan Hari Wuryatno (ketua Panitia WDD 24 jam menari) dalam jumpa pers, pada Jumat (26/4/2024) di Lobby Teater Besar Gendhon Humardani, kampus ISI Solo. Menurut mereka,  Skena bagi insan menjadi titik point penting.

Karena melalui skena, maka menempatkan tari tidak saja hanya sebagai obyek, tetapi menjadi bagian penting dari sebuah siklus kehidupan tari. Dengan  skena menari, akan menjadi pijakan untuk bertemu dengan teman baru, lingkungan baru, karya baru, atmosfir baru yang akhirnya menjadikan wacana kekaryaan dan keilmuan baru dalam kredo seni pertunjukan.

Sementara Festival artinya, gelar karya terbaik dari insan tari dari berbagai daerah di Indonesaia, bahkan dari negeri. Hal ini akan menambah referensi, apresiasi karya tari, serta dapat melihat barometer perkembangan kekaryaan jagat tari di Indonesia. Secara garis besar rangkaian acara ini yang akan digelar nanti dimulai dengan Opening dan Seluruh angkaian acara ditutup dengan pentas Closing di Teater Kapal Kampus ISI Surakarta. (Hong)