JILID SATU) -RAJA PB XII MATI- MATIAN MENDUKUNG NK RI YANG BARU MERDEKA, NAMUN MENGAPA KRATON KASUNANAN SURAKARTA DIPERLAKUKAN BEGINI

 





Menjelang peringatan Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, banyak jasa para tokoh yang mendukung sejak awal Kemerdekaan RI terlupa atau dilupakan. Diantaranya peran Raja Kraton Surakarta ISKS Pakoe Boewono XII yang pasang badan mengeluarkan Makloemat berdiri di belakang NKRI yang baru merdeka. Meski bisa seperti pendahulunya PB VI yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro yang akhirnya ditangkap, dibuang dan dibunuh Belanda di tempat pengasingan, Ambon.
Risiko itu ditabrak oleh PB XII yang kerab dipanggil Sunan Amardika itu. Redaksi Jurnal menurunkan dua tulisan bersambung untuk melawan lupa akan jasa PB XII itu. Selamat membaca.











(JILID SATU)  -RAJA PB XII  MATI- MATIAN MENDUKUNG NK RI YANG BARU MERDEKA, NAMUN MENGAPA KRATON KASUNANAN SURAKARTA DIPERLAKUKAN BEGINI


SOLO (JURNALKREASINDO.COM)-

Berkat hubungan batin sesama republiken, Soekarno yg belum menjadi presiden RI dengan Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (ISKS)  Pakoe Boewono (PB)  XII populer dipanggil Sunan PB XII atau Sunan Mahardika ada langkah berani dilakukan institusi Kraton Kasunanan Surakarta. Hanya sesaat setelah diproklamasikan negara kesatuan Republik Indonesia (RI) tanggal 17 Agustus 1945, hanya dalam hitungan hari tepatnya 1 September 1945 kerajaan Surakarta Hadiningrat di bawah kepemimpinan Sunan PB XII dengan segala risikonya mengeluarkan Maklumat berdiri di belakang R.I yang baru merdeka, sementara Belanda masih bercokol di berbagai tempat di Indonesia. Sunan PB XII yang akrab dipanggil Sunan Amardika karena dilantik menjadi raja tanggal 11 Juni 1945, beberapa saat sebelum
proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
" Keluarnya Maklumat itu mematahkan pisau analisis yg seringkali membuli Kraton Surakarta seolah pro Belanda,  anthek e Walanda, Belanda Penjajah. Bandingkan dengan Kesultanan Yogya yang baru mengakui Negara RI tertanggal 5 September 1945, berarti beberapa hari kemudian setelah Makloemat ISKS PB XII. Namun hingga kini mendapat status khusus sebagai Daerah Istimewa" ujar KGPHA Drs Dipokoesoemo putra dalem PB XII yang juga menjabat sebagai Pengageng Parentah Kraton Kasunanan Surakarta.





Isi Maklumat 1 Sep 45

Isi dari Makloemat diantaranya :
Makloemat Seri Padoeka Ingkang Sinoehoen Kandjeng Soesoehoenan kepada seloeroeh pendoedoek negeri Soerakarta Hadiningrat.
1.Kami Pakoeboewono XII, Soesoehoenan Negeri Soerakarta-Hadiningrat, jang bersifat keradjaan adalah daerah Istimewa dari Negara Repoeblik Indonesia, dan berdiri di belakang Pemerintah Poesat Negara Repoeblik Indonesia.

2.Kami menjatakan, bahwa pada dasarnja segala kekoeasaan dalam daerah Negeri Soerakarta Hadiningrat terletak di tangan Soesoehoenan Soerakarta-Hadiningrat dengan keadaan dewasa ini, maka kekoeasaan- kekoeasaan jang sampai kini tidak di tangan kami dengan sendirinja kembali ke tangan kami.
3.Kami menyatakan, bahwa berhoebungan antara Negeri Soerakarta-Hadiningrat dengan pemerintah Poesat Negara Repoeblik Indonesia bersifat langsoeng.
4.Kami memerintahkan dan percaja kepada seloeroeh pendoedoek Negeri Soerakarta-Hadiningrat, mereka akan bersikap sesoeai dengan sabda kami terseboet di atas.
Maklumat tersebut di bawahnya ditandatangani oleh Pakoebowono XII pada 1 September 1945.
Pengorbanan all out Kraton Surakarta untuk menyokong Republik yg baru berdiri memang tidak main-main. Demi tegaknya NK RI yang baru berdiri.
Kendati harus menelan pil pahit dengan defisitnya neraca keuangan Kraton Surakarta menyusul dinasionalisasi sejumlah perkebunan maupun aset milik Kraton Kasunanan Surakarta. Juga bantuan PB XII kepada para pejuang saat terjadi pertempuran heroik Serangan Umum Empat Hari berlangsung pada tanggal 7 -10 Agustus 1949 secara gerilya oleh para pejuang, pelajar, dan mahasiswa.  Mereka yang melakukan serangan bergabung dalam Detasemen II Brigade 17 Surakarta yang dipimpin Mayor Achmadi.
Kebetulan PB XII juga memiliki hubungan erat dengan pimpinan pejuang seperti Overste (Letnan Kolonel ) Slamet Riyadi. Ayah dari Slamet Riyadi kebetulan abdi dalem Kraton Surakarta yang tahu betul rajanya PB XII memihak kepada pimpinan NKRI Bung Karno - Hatta dibanding negara penjajah Belanda.
ISKS PB XII tetap keukuh untuk memutuskan mengeluarkan Maklumat tanggal 1 September hanya beberapa  hari setelah Negara RI diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir Soekarno dan Bung Hatta.
Bandingkan dengan Kasultan Yogyakarta yang kini mendapat Hak Keistimewaan sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Kami bukan bermaksud mengungkit-ungkit jasa Sunan PB XII namun sejarah memang begitu faktanya.






 Seperti ucapan Bung Karno yang fenomenal Jasmerah Jangan Melupakan Sejarah. Bahwa Kraton Kasunanan Surakarta mendukung Negara RI. (bersambung)

@GPHA Drs Dipokoesoemo
@Dr Sri Yuliari Santoso