TIM DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN IPB GELAR PENDAMPINGAN VARIASI PRODUK OLAHAN IKAN

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dosen pulang kampung, menggandeng 3 (tiga)  mitra kegiatan Poklahsar. 

WONOGIRI (JURNALKREASINDO.COM) - Kabupaten Wonogiri, salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang masih mengalami prevalensi stunting tertinggi. Di Kecamatan Tirtomoyo mengalami peningkatan kasus stunting dari 258 pada tahun 2019 menjadi 406 pada tahun 2022. Hal serupa terjadi di Kecamatan Kismantoro.  

Terkait dengan kondisi tersebut, olahan konvensional ikan nila di warung makan dan rumah makan sekitar Waduk Gajah Mungkur (WGM) di Desa Sendang, Wonogiri menjadi perhatian Prof. Dr. Ir. Joko Santoso, M.Si dan tim dosen dari Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Bersama tiga dosen lain, seperti Dr. Eng. Wahyu Ramadhan, SPi, MSi., Prof. Dr. Sugeng Heri Suseno, SPi, MSi., dan Dr. Kustiariyah, SPi, MSi., keempatnya melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dosen pulang kampung yang diimplementasikan kepada masyarakat yang diselenggarakan pada Rabu, 24 Juli 2024 di Rumah Makan Alami Sayang, Ngadirodjo.

Joko Santoso yang berasal warga Kaloran, Wonogiri Kota dalam rilis-nya mengatakan, olahan ikan bisa mengurangi stunting jika orangtua mau memanfaatkannya. “Masyarakat yang tinggal di sekitar Waduk Gajah Mungkur, biasanya hanya mengolah hasil ikan dengan cara digoreng atau dibakar dan dijual dalam bentuk segar atau disajikan menjadi aneka makanan di rumah makan sekitar,” tulisnya.

Bernilai Tambah

Padahal, ujarnya, produk olahan hasil ikan nila bernilai tambah di sekitar Waduk Gajah Mungkur masih jarang ditemui. Variasi produk olahan ikan sangat penting untuk penanggulangan stunting, bahkan mampu meningkatkan ekonomi masyarakat. Selanjutnya,  Joko Santoso menyatakan, masyarakat Desa Sendang, yang tinggal di wilayah sekitar Waduk Gajah Mungkur.

Dimana memiliki potensi perikanan nila yang belum dimanfaatkan. Diversifikasi produk olahan ikan nila di sekitar Waduk Gajah Mungkur melalui intervensi gizi pada aneka makanan lokal mampu meningkatkan nilai gizi pangan dapat berkontribusi dalam mengatasi stunting. Edukasi gizi selama 1.000 hari pertama kehidupan.

Termasuk asupan gizi dari masa sebelum lahir hingga usia 2 tahun, berdampak positif pada pertumbuhan bayi. Kader posyandu, ujarnya, juga memiliki peran penting dalam pendataan, pencegahan, dan penanggulangan stunting. Beberapa peran yang dapat dilakukan adalah pendataan balita, ibu nifas, ibu hamil dan ibu menyusui.

Masih Terbatas

Persiapan bahan untuk pemberian makanan tambahan (PMT), serta sosialisasi mengenai potensi bahaya pada saat ibu mengandung, gizi pada ibu hamil, ASI eksklusif, persiapan saat persalinan dan menyusui, serta pola asuh anak balita agar tumbuh sehat, cerdas, tanggap, dan aktif. Menurutnya, ikan nila merupakan ikan yang banyak dibudidayakan masyarakat di sekitar Waduk Gajah Mungkur.

Kandungan gizi ikan nila meliputi protein (43,76%), lemak (7,01%), dan abu (6,80%). Tepung ikan nila, mengandung protein tinggi (71,02%), lemak (4,46%), abu (9,64%), dan air (9,83%). “Pengetahuan masyarakat terhadap olahan ikan masih sangat minim, terutama dalam menghasilkan produk olahan hasil perikanan yang bergizi, bermutu dan bernilai jual masih terbatas,” tambahnya

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dosen pulang kampung ini dilaksanakan pada Rabu, 24 Juli 2024 dengan menggandeng 3 (tiga)  mitra kegiatan Kelompok  Pengolah dan Pemasar  Produk Hasil Perikanan (Poklahsar), yakni Poklahsar Rejo Makmur Desa Kebonagung, Kecamatan Sidoharjo, Poklahsar Restu Buana, Kecamatan Purwosari, dan Poklahsar Alfatah, Pokoh Kidul, Wonogiri yang bergerak dalam bidang kegiatan pengolah aneka produk perikanan. 

Intervensi  Gizi Pangan

Joko Santoso menyatakan kegiatan diawali dengan sosialisasi kepada masyarakat sekitar 30 peserta dengan memberikan informasi kegiatan kreativitas intervensi gizi pada pangan lokal. Informasi yang diberikan saat sosialisasi meliputi peran gizi dalam mengatasi stunting, manfaat ikan untuk kesehatan dan kecerdasan, aneka pangan olahan khas Wonogiri yang berpotensi untuk diperkaya protein ikan.

Selesai sosialisasi tim mengadakan kreativitas intervensi  gizi pangan lokal, meliputi pretest dan posttest, praktik dasar gizi pangan, praktik tata cara penanganan dan pengolahan ikan yang baik, pembuatan tepung ikan protein tinggi dan pembuatan aneka produk ikan bergizi tinggi serta diskusi dan evaluasi produksi dan peningkatan nilai gizi. Pembuatan menu makan ikan keluarga dilakukan selama seminggu dengan didampingi tim dalam program dosen pulang kampung. (Chy)