Wakil walikota Surakarta, Astrid
Widayani saat meninjau tanaman bayam brasil di Kelompok tadi Sumber Martani.
SOLO,
JURNALKREASINDO.com – Dalam mendukung program ketahanan pangan yang
dicanangkan Presiden Prabowo, maka pada senin (8/12/2025) sore, Wakil Walikota
Surakarta, Astrid Widayani menijau lahan Kelompok Tani ‘Sumber Martani’, di Sumber
Rt 7/Rw VII, Kecamatan Banjarsari, Solo. Ketika memberikan sambutanya Astrid
menyampaikan, pihaknya sangat mendukung apa yang telah dilakukan warga
setempat, dengan menfaatkan lahan pertanian yang bisa ditanami dan menghasilkan
manfaat secara ekonomi.
Bahkan Astrid sempat menggati singkatan Sumber yang semula Sumbangan Bersama, diganti menjadi Sumringah Berseri . cara yang dilakukan
warga disini bisa menjadi percontohan ditempat-tempat lain, supaya tidak pesimis
dalam menatap kehidupan bangsa kedepan. “Untuk itu, saya sangat mengapresiasi
langkah warga disini, ternyata lahan yang sempit ini, bisa dikembangkan menjadi
produk ekonomis, bisa dijual dari hasil panenya, tetapi juga pemanfaatan
lahanya” tuturnya
Hal ini berarti peran ibu-ibu sangat penting, karena
barangkali dari pemerintah ada program-program yang hubunganya dengan pertanian
dapat dilakukan. Dimana Presiden Prabowo, bahkan Gubernur Jawa Tengah, Achmad Lhutfi
saat ini sedang gencar-gencarnya menggerakan
ketahanan pangan yang semua digerakan dari sektor pertanian. “Maka kami
berterima kasih kepada semua warga disini, bahwa kelompok tani ini sudah
terbukti meningkatkan perekonomian ditingkat wilayah, maupun wilayah yang
terkecil” tambahnya
Ketika Astrid menyampaikan sambutanya
kepada warga Sumber Rt 7/Rw VII, Kecamatan Banjarsari, Solo.
Sementara itu Lurah Sumber, Arifa Umiyati yang didampingi
ketua Kelompok Tani ‘Sumber Martani’, Djumadi, SH, MH dan sekretarinya Dr Widyastuti mengatakan, produk unggulan dari Kelompok Tani
‘Sumber Martani’ tersebut berupa Bayem
Brasil. “Jadi aneka olahan Bayem Brasil ini hanya ada di Kampung Sumber Rt 7/Rw
VII ini saja, jadi Bayem Brasil ini merupakan produk unggulan kelompok tani
ini, karena masyarakat disini begitu bergotong royong dan menjalankan pemberdayaaan
masyarakatnya luar biasa” katanya
Dengan demikian disini sebagai tempat berkarya para warga,
sehingga dikebun ini bisa untuk bersosialisasi
dan berkigiatan positif. “Kalau program saya sendiri, pilah sampah,
dimana pengelolaan sampah itu dimulai dari rumah tangga sendiri, sampah harus
dipilah dulu antara sampah organik dan non organik” ujar Arifa sambil menambahkan,
jadi memang harus membangun kesadaran seluruh warga, kalau sampah itu menjadi
tanggungjawab bersama.
Pada kesempat itu Dr Widyastuti yang juga dosen Unisri
Surakarta ini menjelaskan, bahwa produk yang dihasilkan oleh Kelompok Tani ‘Sumber
Martani’ ini, yaitu olahan Bayem Brasil yang dibudiyakan dengan memakai lahan
sekitar 200 m2. Kelompok tani itu terbentuk pada 10 November 2021, setelah
covid – 19 belum berakhir. “Kita membuat kegiatan yang memanfaat lahan kosong
milik RT, salah satunya ditanami Bayem Brasil yang merupakan bentuk disirvikasi
pangan” tuturnya
Lurah Sumber, Arifa Umiyati (tengah) yang
didampingi ketua Kelompok Tani ‘Sumber Martani’, Djumadi, SH, MH dan
sekretarinya, Dr Widyastuti saat memberikan keerangan pers.
Budidaya Bayem Brasil ini lebih mudah, karena begitu ditanam
ditanah langsung tumbuh, tanpa pupuk kimia, juga tidak banyak menggunakan
banyak tempat. Bayem ini penanamanya menggunakan polyblak dan walplen yang
ditempel-tempelkan di dinding. “Jadi bisa lebih efisien tempatnya, sebenarnya mendukung program
ketahan pangan, sehingga dapat memanfaatkan lahan yang ada. Manfaatnya seperti
makanan pada umumnya, daun bayamnya tidak kasap. Sehingga kita tidak hanya
menanam, tetapi juga mengolah” terangnya
Bisa diolah menjadi kripik bayem, stake bayem, mie ayam
bayem, pangsit bayem, kroket bayem. Intinya produk itu bisa diolah dan
dikonsumsi. Sehingga kalau hanya di sayur menjadikan orang bosan. Pantanganya
adalah keberlanjutan menanam ini, karena kalau tidak ada yang mengonsusmsi juga
tidak akan berlanjut. Dikelompok tani Sumber Martani ini ada yang mengelola
kebun serta mengolah pasca panen.
Warga Sumber Rt 7/Rw VII, Kecamatan Banjarsari,
Solo., berfoto bersama Astrid Widyani, Wakil Walikota Surakarta.
Di lahan ini juga ditanam sawi sendok, anggur, lombok dan
tanaman lain yang bermanfaat. Diakuinya, menjadi petani di kota itu ongkosnya
mahal, soalnya semuanya harus membeli. Misalnya, untuk menghindari pupuk kimia,
maka harus membeli pupuk kandang. Kalau petani mungkin punya hewan piaraan,
seperti sapi, kambing dan lainya. “Selain itu medianya, tidak bisa mencari
tanah sembarangan, sehingga harus menyediakan media tanah yang bisa digunakan
untuk menanam” tegasnya
Selnjutnya, tenaga kerjanya sulit, karena banyak yang
memiliki pekerhaan sendiri-sendiri, sebab tanaman itu jika tidak dirawat setiap
hari tidak baik. Maka warga secara bergantian untuk merawatnya.” Tetapi kalau
pada waktu lahan itu sudah njembrung
(rindang) tidak beraturan, maka kami harus merekrut tenaga kerja, untuk
membersihkan kebun. Nah, mahalnya ada disitu,disini juga ada sumur pompa,
towren dan alat lainya. Ya, memang lahan ini kami biayai supaya proses
penanaman dan perawatan bisa berjalan”pungkasnya. (Hong)





