SESAJI NASI RUWET dan SEBAR UDIK-UDIK SARANA TOLAK BALAK KERUWETAN BANGSA dan NEGARA

 

RAy Dewi Mega Arum Sri Sapawi, sebelum melaksanakan ritual sesaji nasi ruwet.

SOLO (JURNALKREASINDO.com) – Untuk menepis berbagai keruwetan yang terjadi di negeri ini, karena munculnya bermacam-macam kejadian keributan ditengah-tengah masyarakat, mahalnya harga-harga kebutuhan pokok,  BBM maupun melambungnya pajak membuat banyak  menjerit, karena tidak mampu mencukupi kebutuhnnya sehari-hari.

Maka mendorong RAy Dewi Mega Arum Sri Sapawi, seorang budayawan dan suprana turalis  Kota Solo ini, pada malam 1 sura, tahun Ehe  1956 menggelar ritual dengan sesaji nasi ruwet. “Sedangkan sebaran udik-udik yang salah satu isinya berupa uang, memiliki makna saling berbagi untuk kesejahteraan rakyat”  ujar Dewi

Isi sesaji nasi ruwet, bermakna menepis dan tolak balak keruwetan kondisi bangsa dan negara.

Ritual yang oleh Dewi dinamakan andum sego ruwet (membagi nasi ruwet ) itu digelar di halaman rumahnya yang berada di kawasan jalan Veteran, Kota Solo, pada Jumat 29 Juli 2022 malam, tepat pada pergantian tahun dari hitungan penanggalan Jawa. “Ritual andum sego ruwet ini, diharapkan mampu mengurai berbagai keruwetan dan permasalahan yang terjadi di negeri ini di masa yang akan datang” harapnya

Nasi Dengan Lauk Sederhana

Bentuk ritual andum sego ruwet sendiri cukup sederhana. Awalnya wanita yang kerap menjalankan berbagai laku ritual di tempat-tempat keramat itu menggelar  umbul donga (pemanjatan doa),  bersama dengan beberapa warga yang merupakan abdi dalem Keraton Surakarta Hadiningrat. Doa ini tidak lain bertujuan sebagai permohonan kepada Sang Pencipta untuk senantiasa memberikan keberkahan dan jalan terang, agar tidak ada lagi hambatan di tahun depan.

"Momen pergantian tahun ini menjadi saat yang tepat bagi kita semua untuk memohon pertolongan kepada Sang Pencipta alam semesta, agar keruwetan yang terjadi ditahun ini, bisa tersingkir dari Bumi Pertiwi ini, sehingga  di tahun yang akan datang senantiasa diberi keberkahan, keadilan dan kemakmuran bagi bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia ini” jelasnya

Para abdi dalem keraton, berdoa bersama sebelum dilaksanakannya pembagian nasi ruwet.

Dalam doa bersama itu juga disertakan ratusan bungkus nasi yang disebut dengan sego atau nasi ruwet. Untuk kemudian dibagikan ke seluruh warga yang hadir dan melintas di depan rumah Sri Sapawi. Wanita yang ahli dalam meracik jamu ini juga menjelaskan, sego ruwet sengaja diciptakan setelah dirinya mendapat petunjuk dalam sebuah laku spiritual.

Nasi Berkat

Wujud sego ruwet sendiri sebenarnya hampir mirip dengan manu sajian sego berkat, yang saat ini banyak disajikan di rumah-rumah makan. Di mana nasi dengan berbagai lauk dibungkus dengan daun jati segar.Namun berbeda dengan sego berkat yang menggunakan lauk ayam, daging ataupun telur, sego ruwet hanya menggunakan lauk potongan ikan asin, atau yang disebut gereh. “Gereh ini punya makna sareh (sabar), sehingga saat diharapkan banyak orang mau menahan diri atau sabar dalam menghadapi cobaan yang terjadi” paparnya

"Jadi lauk yang ada didalam sego ruwet ini memiliki makna dan simbolik, yang merupakan wujud dari harapan dan doa. Jadi inti dari sego ruwet ini adalah pemanjatan doa yang semata-mata ditujukan kepada Tuhan Yang MahaKuasa, sehingga atas rachmatnya doa yang dipanjatkan malam itu dapat terkabul" lanjut Dewi

Suasana berebut udik-udik, sebagai taudalan saling berbagi terhadap sesama.

Dijelaskan lebih lanjut, sedangkan daun jati sebagai pembungkus nasi itu memiliki makna, kalau  sebagai manusia itu harus memahami sejatine urip (sejatinya hidup), sehingga harus terus  untuk berbuat baik terhadap sesamanya, saling asah dan asuh, tolong menolong, bahu membahidalam segala hal.

Makna Serudeng

Lalu ada lagi lauk yang namanya serundeng (parutan kelapa yang digongso)yang merupakan akronim dari serune diendeng-endeng. Yang menurut Dewi,  maknanya adalah kemeriahan atau kebahagiaan akan menyertai. "Semoga dengan makan sego ruwet ini, segala permasalahan dan keruwetan hidup di tahun depan bisa terurai dan terselesaikan dengan baik," tandasnya.

Puncak  ritual nasi ruwet malam itu ditandai dengan prosesi udik-udikan, yakni menebar uang mulai uang Rp 2000 an sampai Rp 100 ribu-an yang disertai berbagai macam biji-bijian untuk dijadikan rebutan puluhan warga yang kebetulan ada disana.

Karuan saja, puluhan warga yang hadir disitu langsung merangsek untuk berebut lembaran-lembaran uang berbagai nominal yang disebar Dewi. "Dalam udik-udikan, berupa uang untuk meneledani saling berbagi, sedangkan menyebar biji- bijian, yangterdiri dari kacang hijau, kedele dan hasil bumi. Memiliki makna yang terkandung, yakni harapannya agar bji-bijian itu bisa menjadi berkah bagi seluruh alam semesta, termasuk petani agar tanah garapannya subur makmur” pungkasnya.  (Her)