Petit Boutique Hotel Gelar Talk To Action, Berkontribusi untuk Menghasilkan Benefit dan Profit Disektor Pariwisata

 

Para pembicara dalam  Talk To Action di Petit Boutique Hotel, dari kiri : Erik Cahyanta, Chris Broto dan Wening Damayanti. 

SOLO, JURNALKREASINDO.com - Kawasan Solo Raya memiliki peluang untuk memperkuat posisi daya saing dan daya sanding dengan kolaboratif lintas sektor wisata melalui langkah-langkah konkrit, sesuai dengan kompetensi para pihak, untuk memberikan kontribusi yang memiliki manfaat dengan bentuk benefit dan profit. Kendati demikian tetap mengedepankan prinsip bertanggungjawab dan berkelanjutan. Hal itu terungkap dalam acara Talk To Action.yang digelar bersama Petit Boutique Hotel Solo dan Sasmita Kreasindo, pada Sabtu (4/1/2025) sore. 

Dalam kegiatan tersebut, menghadirkan tiga narasumber, masing-masing Wening Damayanti (General Manager Petit Boutique Hotel Solo), Erik Cahyanta (Founder yayasan Ayubagya) dan Chris Broto (Founder Forest Project). Dalam kesempatan itu Wening memaparkan, meski bukan yang pertama dalam upaya membangun dan mengembangkan citra kawasan kota, dalam konteks pariwisata, kebudayaan dan lingkungan saja.

“Tetapi kami ingin bersama menjalin jejaring dengan sebuah inisiasi kerjasama yang dimulai dari merancang ekosistem pengembangan pariwisata berkualitas, dalam ruang Experiential Travel. mengingat potensi kota Surakarta yang memiliki banyak kekuatan untuk program wisata yang berbasis pengalaman dengan bentuk aktivitas, atraksi, dengan cara menyusun pola perjalanan wisata Mikro dan Makro sesuai dengan tematiknya” ujar Wening

Sehingga akan menambah pilihan aktivitas bagi wisatawan dalam bentuk Something to Do yang dapat dikreasikan mulai dari ‘Kampung Kota’  hingga pola spasial antar wilayah Administrasi (Solo Raya) yang terkoneksi secara Aksebilitas, bahkan pemanfaatan peluang Travel Pattern lintas provinsi (peluang konektivitas jalur Tol). “Kami, menginginkan aktivasi Kolaboratif Kolektif yang berdampak positif namun dengan proses bertahap, organik dan mampu menjadi Trigger gerakan yang lebih besar” tuturnya

Forest Project

Oleh karena itu, mengawali  tahun 2025 dengan project bersama yang di sebut Forest Project, yaitu program inisiasi untuk merespon tentang urgensi Keberlanjutan Lingkungan, Kebudayaan dan Pariwisata melalui aktivasi ‘Kebun Histori 1945’. “Kami rencanakan dari sebidang lahan terbuka Hijau dari Petit Boutique Hotel menjadi pertanian sayuran dan sampel etalase tanaman toga, menjadi Kebun Kolektif untuk memberikan nilai tambah edukatif melalui program-program berkelanjutan” jelasnya

Para peserta mengikuti Talk To Action dengan antusias dan serius memperhatikan materi yang dibawakan para pembicara.

Tentu  yang inklusif untuk dapat diakses oleh pengunjung atau tamu hotel, masyarakat umum, pelajar, mahasiswa, dan siapa saja yang ingin belajar, terlibat, kontribusi dalam proses *Urban Farming Kota Solo. “Inisiasi inilah, sebagai cara kami berkomitmen yang dimulai dari hal terkecil menuju mimpi besar yang akan didukung oleh stakeholder yang memiliki visi, misi, dan keinginan yang serupa” tambahnya

Hal-hal tersebut, besa t rangkai menjadi embrio ekosistem dalam bentuk Integrated Tourism Development. Diantaranya dengan menyusun konten beragam, yaitu Lingkungan, Kebudayaan, dan Pariwisata* menjadi bentuk Produk Wisata yang memiliki nilai Experiential Tourism dengan tagline

Kota Solo Experiential Travel City. “Upaya ini, kami telah memulainya dengan beragam bentuk aktivasi yang dimulai dari Kebun Histori 1945. “Dantaranya Jawa Wellness Journey menjadi salah satu produk utama yang akan kita persiapkan bersama ekosistem melalui Travel Pattern  didalam kota Surakarta hingga kewilayah Karanganyar dalam bentuk paket Holistik.

Keterkaitan Nilai Sejarah

Dimana secara spiritual, fisik, kebugaran hingga pengobatan tradisional yang mempunyai saling keterkaitan melalui nilai sejarah, kebudayaan, dan ekosistem. Karena aktivasi program ini membutuhkan kompetensi interdisiplin, maka jejaring awal yang turut berkontribusi adalah para pihak dari unsur perhotelan, Pertanian, Kesehatan dan kebugaran, tour operator, akomodasi dan praktisi, pendidikan, dalam jejaring lokal, regional Dan nasional.

Berfoto bersama, seusai Talk To Action, Berkontribusi untuk Menghasilkan Benefit dan Profit Disektor Pariwisata Solo. 

Untuk mendaratkan konsep yang terukur dalam tahapan-tahapannya, maka peta jalan dan rencana aksi kami rancang sesuai kebutuhan dan durasi waktu yang ideal, sehingga outputnya akan terukur dengan pertimbangan kualitas dengan outcome yang hasilnya dapat bermanfaat dan berdampak baik.“Kami telah membangun jejaring Solo Raya, Jogjakarta dan Bali telah berkomunikasi untuk saling melengkapi dan aplikator program pada masing-masing lokus dan konten” tandasnya

Kompetensi Interdisiplin

Inisiasi inilah, sebagai cara berkomitmen yang dimulai dari hal terkecil menuju mimpi besar yang akan didukung oleh stakeholder yang memiliki visi, misi, dan keinginan yang serupa. “Hal-hal tersebut, ingin kami rangkai menjadi embrio ekosistem dalam bentuk Integratif Tourism Development tersebut. “Untuk menjadi bentuk Produk Wisata yang memiliki nilai Experiential Tourism dengan tagline yang kami menyebutnya Kota Solo Experiential Travel” ujarnya

Karena aktivasi program ini membutuhkan kompetensi interdisiplin, maka jejaring awal yang turut berkontribusi adalah para pihak dari unsur perhotelan, Pertanian, Kesehatan dan kebugaran, tour operator, akomodasi dan praktisi, pendidikan, dalam jejaring lokal, regional Dan nasional. “Untuk mendaratkan konsep yang terukur dalam tahapan-tahapannya, maka peta jalan dan rencana aksi kami rancang sesuai kebutuhan dan durasi waktu yang ideal, sehingga outputnya akan terukur dengan pertimbangan kualitas dengan outcome yang hasilnya dapat bermanfaat dan berdampak baik” ungkapnya

Pihaknya telah membangun jejaring Solo Raya, Jogjakarta dan Bali telah berkomunikasi untuk saling melengkapi dan aplikator program pada masing-masing lokus dan konten. Salah satunya, pada aktivasi program  The Jawa Wellness Journey, dengan mengundang Elaborator dari Bali sebagai bagian dari ekosistem untuk dapat mengikuti serangkaian alur kegiatan yang dimulai dari Kota Surakarta sampai dengan Kabupaten Karanganyar yang kami sebut  The Ring of Lawu.

Saling Melengkapi

Dengan konektivitas jalur Sejarah, Budaya, Lingkungan dalam bentuk wisata edukatif, rekreatif,  berbasis Experiential Tourism. Sesuai dengan maksud dan tujuan dari Kota Solo Experiential Tourism sebagai branding program dan Value program yang kami harapkan menjadi jejaring luas yang kami upayakan menjadi Indonesia Experiential Travel Cities, menuju pengembangan pariwisata berkelanjutan dan regeneratif di Indonesia dalam semangat Kolektif Kolaboratif yang bertanggungjawab.

Ungkapan senada juga diutarakan Chris Broto yang mengatakan, bahwa kegiatan ini untuk mengumpulkan kepercayaan diri, untuk bersama-sama menyusun sesuatu yang tidak besr dahulu, tetapi yang diperlukan kosistensi  membuat pomaupun perjalanan antar kampung kota  maupun daerah. “Dari perjalanan kota Jogya, Solo sampai Bali, namun ketika kita masuk Kota Solo itu untuk bisa saling melengkapi yang belum ada di jogya maupun Bali. “Kita harus bisa memenuhi  kebutuhan wisatawan, di Solo 2 hari semalam, itu dapat ‘dijual’, sehingga wisatawan butuh yang bermanfaat, misalnya dengan tema Jawa-nya” jelasnya.

Sementara menyampaikan, Erik Cahyanta para wisatawan itu tidak hanya ingin melihat saja apa yang ada ditempat wisata itu, namun mereka ingin lebih. Contohnya mereka harus bisa membawa suatu produk yang ada ditempat itu, apakah mereka merasa senang dan dapat berkelanjutan. Langkah ini, menurutnya bisa dilakukan dari segala industri. “Di Bali sudah banyak hotel-hotel yang memiliki tenaga yang personalbiliti, karena itu yang dibutuhkan oleh turis” pungkasnya. (Hong)