Kirab joli (jodang) beisi zakat fitrah
dari Kori Kamandangun menuju asjid Agung untuk dibagikan kepada masyarakat.
SOLO,
JURNALKREASINDO.com - Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, menggelar
tradisi Hajad Dalem SISKS Paku Buwono (PB XIII) Hangabehi dengan
membagi-bagikan paket sembako dan pepancen kepada sentono dan abdi dalem di
Talang Paten Kraton Solo, Baluwarti, Pasar Kliwon dan asjid Agung pada Rabu -Kamis
(26-27/3/2025). Tradisi ini digelar sebagai ungkapan rasa syukur dan kepedulian
kraton Trah Dinasti Mataram terhadap sesama. Dalam rangkaian tradisi tersebut PB
XIII turut hadir dan menyaksikan langsung bersama keluarga dan kerabat Kraton
lainnya.
Puluhan abdi dalem juga tampak sibuk menata bingkisan berisi sembako yang dipersiapkan untun masyarakat, sedangkan untuk abdi dalem lain. Tampak berdatangan lalu duduk di tikar. Abdi dalem yang datang berasal dari dalam kota maupun luar kota. Abdi dalem dari luar kota, antara lain merupakan abdi dalem sebagai juru kunci makam. PB XIII ikut menyerahkan sembako secara simbolis kepada sejumlah abdi dalem yang hadir di Kraton Solo. Sembako itu berisi bahan pangan berupa beras, mi instan, kecap, sirup, gula, dan biskuit.
Para putra putri Kraton Kasunanan
Surakarta, tampak membagikan zakat fitrah kepada abdidalem.
Sedangkan pepancen yang diterima abdi dalem diwadahi dengan
amplop putih dengan nominal berbeda-beda. Pengageng Parentah Kraton Solo, KGPH
Adipati Dipokusumo pada kesempatan itu menjelaskan, pemberian sembako dan
pepancen ini merupakan salah satu dari tiga tradisi berbagi raja, selain kekucah
dan udhik-udhik. “Kekucah itu pembagian semacam sembako dan uang yang dibagikan
pada hari-hari tertentu misalnya pada Tingalan Jumenengan. Kemudian udhik-udhik
adalah tradisi berbagi pada saat Grebeg Mulud. Sedangkan pepancen itu bisanya
secara reguler diberikan jelang Lebaran,” ujar Gusti Dipo kepada sejumlah
wartawan.
Juga dituturkan, ada 400 lebih sentana dan abdi dalem Kraton
Solo yang mendapat sembako dan pepancen dari PB XIII tahun ini dan 700 lagi
untuk masyarakat. Tradisi ini punya makna simbolis sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa dari PB XIII. Selain itu, sebagai bentuk penegasan
peran dari gelar PB XIII sebagai Sayyidin Panatagama atau penata, pemuka, dan
pelindung agama. “Ini merupakan bentuk kepedulian PB XIII sebagai Sayyidin Panatagama
atau pemimpin tertinggi adat dan agama, yakni dengan menjaga tradisi-tradisi
keagamaan dari Suro sampai Besar” tandasnya
Para abdi dalem ulama memimpin kirab
dai kraton munju Masjid Agung.
Diharapkan tradisi ini bisa terus eksis dan lestari ke
depannya dan semakin banyak pihak yang terbantu dan merasakan peran serta Kraton
Solo. prosesi sakral penyerahan zakat fitrah dalem. Tradisi ini merupakan
bagian dari warisan budaya yang telah berlangsung turun-temurun sebagai wujud
kepedulian dan kewajiban sosial dari pihak Kraton kepada masyarakat. Tradisi
Hajad Dalem Maringaken Zakat Fitrah Pasa dengan menyerahkan zakat berupa beras
dan uang tunai tersebut sebagai bentuk kewajiban Rukun Islam bagi pihak Kraton
Kasunanan Surakarta Hadiningrat, untuk menyambut Hari Raya Idulfitri 1446 H. (Hong)