Pura Mangkunegaran yang kini sudah
mulai ramai dibicarakan, tentang suksesi penobatan adipati Mangkunegara X.
SOLO
(JURNALKREASINDO.COM) – Menjelang penobatan Mangkunegoro X jangan ditanggapi emosional. Memang, ada pesan
instagram dari salah seorang kandidat adipati Pura Mangkunegaran, GPH
Paundrakarna Sukmaputra Jiwanegara yang seolah bernada kecewa.
Hal itu biasa, ketika menjelang pemilihan kandidat yang
layak secara adat, dipilih untuk diberi amanah sebagai Pengageng Pura
Mangkunegaran peninggalan Pangeran Sambernyowo, pasti muncul kesalahpahaman.
Hal itu diungkapkan Dr Tunjung W Sutirta, sejarawan dari UNS
Solo kepada jurnalkreasindo.com,
Sabtu (16/10/2021), menanggapi viralnya instagram dengan akun gphpaundrakarna1 itu.Tunjung
mengatakan, karena sampai sekarang belum ada kabar sosok yang kuat.
Kehadiran Pihak Berkepentingan
Untuk menduduki posisi Mangkunegoro X , yang terlalu lama menjadikan
publik semakin penasaran. Dikhawatirkan, justru ketika tiba waktunya penentuan akan
berimbas pada kehadiran berbagai pihak yang berkepentingan terkait suksesi
tersebut.
“Bisa dari kalangan internal atau dari pihak luar istana.
Sementara, publik sudah mengetahui adanya rumor tiga sosok sebagai kandidat
pengageng Pura Mangkunegaran, yakni GPH Paundrakarna (putra Mangkunegoro IX atas pernikahannya dengan istri Sukmawati Soekarnoputri” katanya
GPH Bhre Cakrahutomo (putra Mangkunegoro IX hasil pernikahannya
dgn permaisuri GKP Prisca Marina). Dan
kandidat ketiga cucu Pahlawan Nasional Moh Yamin, Kanjeng Raden Mas Haryo
(KRMH) Roy Rahajasa Yamin.
Dalam Instagramnya,
Paundra menulis, ini adalah pernyataan politik saya sebagai putra dalem yang
sah dari Mangkunegoro IX juga cucu KGPAA Mangkunegoro VIII. Dirinya merasa ada
pihak-pihak yang menyepelekannya.
“Saya memiliki hak prerogratif untuk berbicara” ujar Paundra
yang dalam instagramnya memberi hastaq @sukmawatisoekarnoputri @puteriastrini
@megawatisoekarnoputri, @puti_soekarno, @menursoekarno77, @garda_mangkunegaran.
Sejarah Suksesi
Tunjung menambahkan, jika mengacu pada sejarah suksesi di Mangkunegaran tempo dulu, maka penentuan pengganti itu berlangsung mulus pada saat Adipati Mangkunegoro yang sedang menjabat masih hidup.
Tiga kandidat pengganti Mangkunegara
IX, dari kiri GPH Paundrakarna Sukmaputra Jiwanegara, KRMH Roy Rahajasa Yamin dan
GPH Bhre Cakrahutomo.
Sebagaimana terjadi pada saat Mangkunegoro I sebelum turun
tahta sudah menunjuk cucunya untuk calon penerus. “Namun, juga ada peristiwa
suksesi yang terjadi pada saat Adipati yang sedang berkuasa yang masih hidup
menunjuk putranya untuk menjadi penggantinya” tuturnya
Namun kemudian tidak disetujui kerabat inti. Begitu pula ketika
pada masa Mangkunegoro VIII yang belum
menyiapkan pengganti sampai wafatnya. Sehingga, pada waktu itu (1987)
peristiwa suksesi di Mangkunegaran pasca mangkatnya Mangkunegoro VIII menjadi
berkepanjangan.
Gusti Paundra dan Gusti Bhre
sama-sama punya klaim sah sebagai pewaris tahta, karena keduanya
sama-sama putra kandung dari mendiang Mangkunegoro IX meski beda ibu. Sementara
KRMH. Roy Yamin punya klaim sebagai cucu dari Mangkunegoro VIII yang di dalam
sejarah suksesi di Mangkunegaran seorang cucu juga bisa menjadi adipati.
Jadi, keputusan keluarga yang penuh arif dan mungkin
ditambah mendengarkan masukan dari keluarga
Dinasti Mataram, terutama dari Sinuhun dari Kasunanan Surakarta,
Ngersodalem Kasultanan Yogyakarta,Adipati Pakualaman Yogyakarta dan para
sesepuh Pura Mangkunegaran.
Lebih Mudah
Tentu, akan lebih memudahkan menentukan dengan segera penerus
tahta di Pura Mangkunegaran. Masyarakat Indonesia, terutama kawasan Solo Raya
juga tidak berharap, berlarut-larutnya
penetapan penerus pengganti Mangkunegoro IX ini.
Karena bisa saja terulang sebagaimana terjadi pada tahun
1987, terjadinya ontran-ontran
Mangkunegaran karena perebutan tahta penerus Mangkunegaran. Di satu pihak kubu
Mangkunegoro X, kubu kakak-kakak
Mangkunegoro IX dan Himpunan Kerabat Mangkunegaran (HKMN).
Jika, mengacu pada peristiwa sejarah suksesi di
Mangkunegaran, calon yang posisinya putra atau cucu dan keponakan itu, pernah
terjadi sebelumnya. Bahkan, pernah terjadi di era kolonial adanya keterlibatan
Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam penyelesaian suksesi di Mangkunegaran.
Gubernur Jenderal Indenburg pernah ikut menyelesaikan
kemelut yang terjadi, ketika pergantian dari Mangkunegoro VI ke Mangkunegoro
VII. Akhirnya, dengan keterlibatan Idenburg dipilih dan ditetapkan pengganti
Mangkunegoro VI, putra dari Mangkunegoro V yang tidak lain keponakan dari
Mangkunegoro VI sendiri.
Tiga Calon
Jadi, jika saat ini skemanya ada tiga calon penerus yang
punya legitimasi tetapi tidak ditentukan oleh Adipati sebelumnya maka akan bisa
berpotensi menjadi polarisasi. Apalagi jika banyak kepentingan internal dan
eksternal mempengaruhi didalam penentuan pengganti mendiang Mangkunegoro
IX.
Masyarakat Surakarta tidak berharap terjadi lagi ‘ontran-ontran’
suksesi budaya warisan Praja Kejawen yang menjadi kebanggaan budaya masyarakat
Surakarta tersebut, karena ketentraman dan perdamaian akan lebih baik.
Sementara GKR Koes Moertiyah Wandansari, Ketua Lembaga Dewan
Adat (LDA) Kraton Kasunanan Surakarta mengatakan, secara singkat ada banyak hal
bisa ditempuh dengan cara musyawarah mufakat.
” Saya tidak ingin turut campur suksesi di Mangkunegaran
saya percaya suksesi di Pura Mangkunegaran yang termasuk dinasti Mataram Islam
itu bisa berlangsung lancar,” papar Gusti Moeng panggilan akrab Ketua LDA
Kraton Surakarta itu. (Warta)