CANDI UNTOROYONO SARANA RITUAL MENGASAH KETAJAMAN INDRA KEENAM KAUM INDIGO

 

Candi Untoroyono, petilasan pertapaan Aji Saka pencipta huruf Jawa yang angker itu.

 KLATEN (JURNALKREASINDO.COM) – Candi Untoroyono, dipercaya sebagian masyarakat merupakan sarana ritual yang mampu untuk mengasah ketajaman indra keenam para indigo. Candi ini juga diyakini, merupakan petilasan bekas pertapaan Ajisaka (pencipta huruf Jawa).

Disinilah, sebagian besar kaum indigo menjalani prosesi ritual tirakat dengan cara meditasi, guna untuk  mengasah dan  mempertajam  indra keenamnya.Para kaum indigo ini tidak hanya datang dari wilayah Solo Raya saja, tetapi juga dari luar kota, bahkan luar pulau.

Pernyataan itu, diutarakan Suhardi, penunggu pertapan Ajisaka ini. Diketahui,  Ajisaka sebagai tokoh leluhur peradapan orang Jawa. Dalam sejarah hidupnya, dia termasuk orang terhormat, juga sebagai pujangga ulung yang suka bertapa.

Para kaum indigo melakukan prosesi ritual sebelum memasuki  pintu gerbang pertapaan  Candi Untoroyono. 

Selain  Ajisaka  tokoh legendaris yang menciptakan Huruf Jawa, ternyata juga memiliki kadigjayaan yang pilih tanding, pada masa kejayaan Kerajaan Medangkamulan yang dikuasai Prabu Dewata Cengkar, raja yang berwatak bengis dan suka memangsa manusia.

Khas Pulau Bali

Area pertapan ini berada di Dukuh Nayan, Desa Kalangan, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten. Ya, disini Ajisaka  melakukan Tapa Brata (bertapa) sebelum memerangi dan Dewata Cengkar. Pertapan Ajisaka ini terletak di sebidang  tanah yang dikelilingi tembok (beteng).

Dimana benteng itu  terbuat dari batu alam warna hitam, penuh dengan ornament ukiran patung khas Pulau Bali, sehubungan dengan penemuannya, sebab bekas Pertapaan Ajisaka ini pertama kali ditemukan oleh seorang winasis (pertapa spiritual tingkat tinggi).

Prasasti berdirinya candi Untoroyono yang diresmikan oleh Mpu Nabe.

Sekaligus pemangku adat Bali yang bernama Pandhita Mpu Nabe Raka Nabe Damika Sandhi. “Area pertapaan ini, sebelumnya merupakan tanah kosong yang dianggap wingit dan angker, bahkan sering mencelakai hewan piaraan  yang mengakibatkan mati mendadak.

Mati Tanpa Sebab

Hewan-hewan piaraan milik warga itu, jika digembala disini sering mati tanpa sebab yang pasti. Nah, berhubung di area itu sering terjadi kejadian yang aneh-aneh dan mengkawatirkan, bahkan  membawa musibah secara terus menerus, sehingga  dianggap angker bagi warga setempat. 

Dengan demikian  area itu dibiarkan kosong,  tidak ada warga yang berani mendekat. Akibatnya, area disekitar candi itu tumbuh subur pepohonan liar, sehingga membuatnya tambah kelihatan angker. “Namun setelah ditemukan oleh  Mpu Nabe dan digunakan untuk bertapa berubah” ujarnya

Bahkan Mpu Nabe dengan beberapa pemangku adat dari Pulau Bali menyempurnakan bangunan itu menjadi  candi yang diberi nama Candi Untoroyono. Kini area candi itu digunakan kaum Indigo untuk menjalani ritual, guna mempertajam jiwa dan pikirannya dalam mengetahui tanda-tanda alam dan zaman di masa depan.  (Ryan)