NONTON BARENG KONSER DEEP PURPLE, CARA PEMUSIK ROCK SOLO MERINDUKAN PERSATUAN

Pemusik Rock bersatu, periapan nonton bareng konser Deep Purple.

 SOLO (JURNALKREASINDO.COM) – Sekelompok pemusik rock asal Soloraya dari berbagai generasi, mulai tahun 1970 an hingga pemusik rock kekinian berkumpul dalam kesempatan nonton bareng konser band asal Inggris,  Deep Purple di Auditorium UMS, Solo, Jumat (10/3/2023) malam.

“Ini kesempatan emas, untuk bernostalgia sekaligus kami membutuhkan para pemusik rock di Solo bersatu, karena menurut pengamatan saya, belakangan ini para pemusik rock, khususnya di Solo justru saling bersaing, sehingga kami merindukan persatuan” ujar Rick Jager, vokalis Java Stones

Persaingan antar pemusik rock itu, menurutnya sangat tidak sehat, sehingga malah akan membawa kemunduran. “Mestinya, sesama peseni musik itu harus kompak, saling memberi  informasi, mengisi maupun saling bergandengan tangan, seperti kejayaan musik rock di era tahun 1970 an” sela Pedro, drummer Vampires

Pemusik rock lintas generasi, Pedro era tahun 1970 an dan putranya era musik rock kekinian.

Maka dari itulah, ketika ada pentas musik rock Deep Purple di Solo, para pemusik rock asal Solo yang diantaranya terdiri dari group band Java Stones,  Vampires,  Headbang, Empati dan lainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu disini, lantas berkumpul untuk nonton bareng konser Deep Purple

Kurang Roh

Kendati mereka akan merasa agak kecewa dalam menyaksikan pentas Deep Purple, dengan alasan, selain personilnya sudah tidak lengkap juga roh musiknya tidak sesuai dengan aslinya. “Bagi kami, yang penting bisa menikmati dan bernostalgia” tambah Rick Jagger lagi

Sejak sore itu, mereka sudah berkumpul di Cafe Kaelesung, Colomadu,  Karanganyar, milik Tegar Pembangun, salah satu pemusik rock era 1980 an. Para pemusik rock lintas generasi asal Solo ini  kompak mengenakan seragam kaos warna ungu bertulis Deep Purple.

Para personil musik rock dari berbagai jenis genre ini sampai sekarang masih eksis pentas di panggung-panggung dengan ivent tertentu yang ada di Soloraya. “Kami terdiri dari berbagai generasi, ada yang bermusik sejak 70-an,  juga yang anak muda,” tandasnya

Koleksi  Kaset

Para pemuik rock dari generasi- kegenerasi, sudah menjai lazim jika mereka gemar mengoleksi rekaman-rekaman musik, baik berwujud kaset, piringan hitam,  flesh dish dan sebagainya, selain untuk didengarkan ulang, juga untuk kenangan masa lalu.

Aksi personil musik rock dalam berpose, sebelum nonton Deep Purple.

 Seperti halnya, Hendro mengatakan, sejak pada masa mudanya suka mengumpulkan kaset-kaset musik rock. “Koleksi  kaset Deep Purple ada puluhan, ya sekitar 40-an,” katanya, sembari menambahkan, momentum pentas musik Deep Purple kali ini sebagai kesempat untuk menyatu.

Selain itu juga menunjukan, kalau para musisi di Kota Solo masih eksis, sehingga  bisa menjadi inspirasi, motivasi dan kreatifitas pemusik. “Asal para personil musik rock di Solo, bisa bersatu, kami yakin akan selalu eksis dalam berkarya” pungkas Hendro.

Bernostalgia

Di era tahun 1970-80 an baik pemusiknya maupunpenggemarnya, selalu berburu mencari pagelaran musik. Bahkan tidak sampai disitu saja, mereka juga mengumpulkan barang-barang yang bernafaskan musik rock. “Kami rela merogoh kocek dalam-dalam untuk bermusik ria” paparnya

Sebagai musisi, pada eranya  juga sering membawakan musik-musik rock.  Jadi momen ini dimanfaatkan untuk nostalgia masa remaja. “Meski  Deep Purple sudah tidak sebagus dulu, namun momen kebersamaan bersama teman yang lebih penting” jelasnya. (Her)