Upacara Adat Kraton Surakarta, Adang Nasi Menggunakan Dandang Pusaka Kyai Duda

 

Suasana adang nasi dengan dandang Kyai Duda di Pawon Gandarasan, Kraton Surakarta.

SOLO, JURNALKREASINDO.com – Kraton Surakarta selalu menggelar upacara adat yang berhubungan dengan peristiwa bersejarah, kali ini digelar ritual upacara  adat Adang Nasi Menggunakan Dandang Pusaka Kyai Duda yang hanya dilakukan setiap 8 tahun atau sewindu sekali.

Untuk kali ini jatuh pada Bulan Mulud, tahun Dal 1959 (penanggalan Jawa) atau pada Senin (8/9/2025), menurut perhitungan penanggalan Masehi, di Pawon Gandarasan, Kraton Surakarta. Bagaimana rangkain prosesi ritual tersebut ?

Menurut Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Puger, ritual itu dimulai pada Minggu (8/9/20205) pagi dengan ritual jamasan dandang Kyai Duda. Baru pada malam harinya dilanjutkan dengan ritual adang nasi malam, dengan jenis beras raja lele dan tuton sebanyak  60 kg.

Sinuwun PB XIII, ketika ikut menunggui menanak nasi, meski duduk diatas kursi roda.

Prosesi ritual adang nasi itu dilakukan para putra-putri  raja dibantu abdidalem.”Dalam posesi ritual ini selalu diiringi dengan doa tahlil oleh para ulama dan santri kraton, dengan permohonan keselamatan dan mendapatkan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa” ujar Gusti Puger

Dalam ritual ini juga ditunggui oleh Sinuwun Paku Buwono XIII, berlangsung selama semalam suntuk, seusainya nasi yang sudah masak itu, pagi harinya untuk dibagikan kepada para sentana dan abdidalem sejumlah tidak kurang dari 450 orang.

Saat itu. “Prosesi menanak nasinya, dimulai pukul 22.00 sampai menjelang subuh, dilanjutkan dengan upacara ritual pembagian nasi dengan lauk sate penthul (terbuat dari daging sapi) yang memiliki makna sebuah persatuan.

GKR Timur Rumbay, salah satu putri PB XIII membagikan nasi untuk para sentana dan abdi dalem.

Artinya, menyatunya pemberian dari Tuhan yang menyatu dengan umatnya melalui doa, berlanjut pada pemimpin dan yang dipimpiny, baik kawula dan rajanya di kerajaan,  juga bangsa negara ini, juga para sentana dan abdi dalem kraton, di Sasana Sewaka.

Nasi yang sudah masak tersebut dibagikan dengan wadah plastik keci-kecil, untuk dikeringkan dan setiap yang menerima mau menanak nasi di rumah, satu biji nasi itu dimasuk dalam alat penanak nasi itu. Ritual ini bermakna pemanjatan doa dan ucap syukur.

Sehingga kalau doanya dilakukan dengan khusuk dan dikabulkan Tuhan, akan bermanfaat bagi kesehatan, penangkal segala gangguan. “Sebagai manusia kita harus berpendirian keras atau kuat dalam berdoa agar selalu mendapatkan pertlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa” pungkasnya. (Hong)