Sambut Delegasi ITMF – IAF Conference, PT PAN Brothers Tbk Gelar Mini Fair VII 2025

Anne Patricia Sutanto (ketiga dari kiri), saat memberikan sambutan sebelum membuka Mini Fair VII PT PAN Brothers Tbk.

BOYOLALI, JURNALKREASINDO. com - Rangkaian kegiatan International Textile Manufacturers Federation (ITMF) dan International Apparel Federation (IAF) Conference 2025 yang berlangsung pada 23–27 Oktober 2025 di Yogyakarta, PT Pan Brothers Tbk menerima kunjungan delegasi internasional di fasilitas pabriknya yang berlokasi di Mojosongo, Boyolali.

Kunjungan ini bertujuan untuk memberikan gambaran langsung kepada para delegasi mengenai praktik keberlanjutan, efisiensi produksi dan penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) yang dijalankan Pan Brothers sebagai salah satu produsen garmen terkemuka di Indonesia.

Delegasi ITMF–IAF Conference yang hadir di antaranya adalah Cem Altan, President International Apparel Federation (IAF), Matthijs Crietee, Secretary General International Apparel Federation (IAF), Dr. Christian P. Schnidler, Secretary General International Textile Manufacturers Federation (ITMF) dan. Dari pihak PT Pan Brothers Tbk, kunjungan ini disambut oleh Anne Patricia Sutanto, Vice CEO PT Pan Brothers Tbk, beserta jajaran manajemen perusahaan.

Ungkapan itu diutarakan Anne Patricia Sutanto, Ketua umum AGTI  sekaligus mengapresiasi  tentang  energi, pengelolaan limbah, serta berbagai inisiatif keberlanjutan yang telah diintegrasikan dalam rantai pasok perusahaan. Kegiatan ini menjadi bagian penting dalam memperkuat kolaborasi global menuju industri tekstil dan garmen yang lebih hijau dan berdaya saing tinggi. 

Pemukulan gong oleh Anne Patricia Sutanto menandai Mini Fair VII PT PAN Brothers Tbk dibuka secara resmi.

ITMF–IAF Conference 2025 sendiri dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai negara, termasuk produsen mesin tekstil, brand global, dan pengusaha industri tekstil serta apparel. Dengan tema besar Navigating Uncertainty & Adopting Technology Pathways to Sustainable Strenght in the Textile and Apparel Industry, konferensi ini menjadi forum strategis.

Terutama  untuk berbagi praktik terbaik dan mempercepat transisi industri menuju masa depan berkelanjutan. Melalui keterlibatan aktif dalam konferensi ini, PT Pan Brothers Tbk menegaskan posisinya sebagai perusahaan garmen Indonesia yang siap bersaing di tingkat global dengan terus berinovasi dan mendukung agenda keberlanjutan dunia.

PT Pan Brothers Tbk adalah salah satu perusahaan manufaktur garmen terkemuka di Indonesia yang memproduksi berbagai jenis pakaian untuk brand global ternama. Berdiri sejak tahun 1980 dan merupakan Industry Lighthouse 4.0 Nasional. Perusahaan berkomitmen menerapkan prinsip sustainability dan ESG di seluruh rantai produksinya.

Mulai dari efisiensi energi, pengelolaan limbah, hingga pemberdayaan masyarakat. Pengusaha Garmen dan Tekstil Indonesia Tegaskan Komitmen Daya Saing dan Keberlanjutan di Tengah  Industri lam dmenanggapi berbagai isu yang beredar di ruang publik terkait kondisi industri tekstil dan garmen nasional.

Dimana para pelaku usaha melaui AGTI (Asosiasi Garment dan Textile Indonesia) menegaskan bahwa sektor ini tetap berkomitmen menjaga daya saing global, keberlanjutan lapangan kerja, dan kontribusi terhadap ekspor nasional di tengah tantangan ekonomi global dan dinamika kebijakan perdagangan internasional.

Suasana Mini Fair VII PT PAN Brothers Tbk dibuka secara resmi, penuh dengan hubungan keakraban antar para pengusaha dalam dan luar negeri.

 Pada kesmpatan itu, Ketua asosiasi AGTI dan perwakilan pengusaha menyampaikan, meskipun industri menghadapi tekanan dari peningkatan impor dan fluktuasi permintaan global, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia tetap menjadi salah satu kontributor terbesar bagi ekspor nonmigas nasional dengan nilai mencapai USD 11.9 miliar tahun 2024.

“Kami ingin menegaskan bahwa industri tekstil Indonesia bukan sedang melemah, tetapi sedang beradaptasi. Kami terus berinvestasi dalam efisiensi energi, digitalisasi, dan sustainability untuk memastikan daya saing produk Indonesia di pasar global tetap kuat,” tegas Anne Patricia Sutanto, sambil menambahkan, selain berorientasi ekspor, sektor ini juga menjadi penopang penting ekonomi daerah dengan menyerap jutaan tenaga kerja, terutama di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Oleh karena itu, pengusaha menilai pentingnya dukungan kebijakan pemerintah yang seimbang antara melindungi industri dalam negeri dan membuka pasar global. “Kita meyakini, dengan peningkatan daya saing baik dari sisi SDM, teknologi, energi dan rantai pasok, industri garmen dan tekstil Nasional mampu bertahan” tambahnya

Bahkan ketika tidak ada kebijakan over protective yang tidak selamanya menguntungkan semua pihak. Ini memang bukan pekerjaan ringan dan bisa dikerjakan orang segelintir pihak, tapi perlu kerja gotong royong dan rasa nasionalme yang tinggi berlandaskan asas Pancasila. Fokus kami adalah menjaga produktivitas dan keberlanjutan industri nasional,” lanjutnya.

Sementara itu, asosiasi industri menilai bahwa narasi yang menampilkan industri tekstil Indonesia seolah tidak mampu bersaing secara global tidak sepenuhnya mencerminkan realita di lapangan. Banyak perusahaan garmen nasional justru telah menjadi mitra utama bagi merek-merek global ternama dan memenuhi standar ketat internasional.

Terkait adanya isu impor ilegal dan oknum nya, Anne Patricia meminta sebaiknya pihak yang menuduh bisa memberikan bukti langsung kepada pihak berwajib. Dengan demikian, persoalan tersebut bisa segera ditangani dan meredakan kegaduhan seolah sektor garmen dan tekstil di Indonesia sulit maju.

Dengan dukungan kebijakan fiskal dan industri yang tepat, pengusaha yakin bahwa sektor TPT Indonesia dapat menjadi motor pertumbuhan hijau (green growth) yang mendorong ekspor berkelanjutan dan memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok dan peningkatan daya saing lokal dan global. “Kami percaya, masa depan industri tekstil Indonesia adalah masa depan yang berkelanjutan, inovatif, dan inklusif. Tantangan yang ada hari ini menjadi momentum untuk mem perkuat kolaborasi antara pelaku usaha, pemerintah, dan masyarakat,” pungkasnya. (Hong)