Martono ketika menunjukan hasil karyanya, menyulap kertas menjadi kerajinan. |
LAMONGAN (JURNALKREASINDO) - Dalam kondisi ekonomi bangsa yang terpuruk seperti saat ini, orang dituntut untuk berani berinovasi mengembangkan kreatifitasnya dalam menciptakan penghasilan yang memedahi untuk menunjang berlangsungnya roda kehidupannya.
Di antara tumpukan kertas bekas, seperti Koran dan kertas-kertas lainnya yang semula dianggap tidak bermanfaat, di tangan Totok kini barang-barang kerajinan itu, terlihat sangat apik dan menarik untuk di pajang, menghiasi rumah-rumah di berbagai daerah di nusantara ini.
Sosok Nyentrik
Penciptanya tidak lain sesosok lelaki nyentrik, bertubuh kerempeng yang nampak sibuk memilah-milah tumpukan kertas bekas, merendam air dan menjemurnya di terik matahari, kemudian di proses membentuk berbagai hiasan.
Contohnya Guci, lampu hias, tempat duduk dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu di sini.
Dalam kegiatannya yang dilakukan di rumahnya itu, nama Totok menjadi mudah dikenal sebagai perajin yang mengolah limbah kertas menjadi kerajinan yang memiliki nilai jual.
Dengan daya, cipta, dan kreatifitasnya, pria berkacamata minus itu mampu mengolah sampah kertas itu menjadi beraneka jenis kerajinan.
Pantas saja, beraneka barang seni., seperti guci, lampu hias, lampu dinding, hiasan dinding, dan beraneka bentuk kerajinan lain, memenuhi teras rumahnya.
Barang-barang kerajinan itu beraneka warna. Sebagian besar berwarna cerah. Namun sebagian yang lain masih dalam bentuk setengah jadi, atau belum tersentuh pewarna.
Sekilas kerajinan yang dibuat Totok tersebut berbahan baku keramik maupun tanah liat, karena secara bentuk yang seperti keaslian guci buatan China.
Tidak Bisa Pecah
“Namun kerajinan ini antipecah, meski jatuh atau terguling, bahkan dibanting sekalipun tidak akan pecah,” kata Totok
Kemampuan Totok mengkreasikan kertas bekas menjadi beraneka jenis barang seni diperoleh secara otodidak.
Semua dilakukan atas keinginannya untuk berkreasi dan menciptakan sesuatu yang inovasi, karena di zaman ini setiap orang seolah dituntut untuk mandiri dalam berbagai hal.
Jadi, tidak ada guru. Tidak ada contoh, hanya bermodalkan ketelatenan.
Lambat laun hasil kerajinan Totok banyak peminatnya. Bukan saja karena bahannya dari kertas bekas, namun juga karena ia sanggup melayani segala bentuk pesanan.
Untuk guci misalnya, selain pemesan bisa menentukan ukuran, juga bisa meminta gambar yang diinginkan. (her)