Musim penghujan, menjadi langganan
banjir dilokasi rumah-rumah dibantaran sungai, termasuk di Desa Banaran,
Grogol, Sukoharjo
SUKOHARJO
(JURNALKREASINDO.COM) – Hampir bisa dipastikan, setiap datang mesim
penghujan hunian yang berdiri di bantaran sungai, di wilayah Desa Banaran,
Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo[i]selalu
menjadi kurban banjir, hingga menghenangi pemukiman penduduk.
“Kendati demikian, warga setempat tetap enggan meninggalkan rumahnya
atau pindah, karena memang ada sebagian rumah disana yang tanahnya sudah
bersertifikat, tetapi juga ada yang masih liar. Untuk penertiban ini, pihak
BBWSBS (balai besar wilayah sungai bengawan solo) kayaknya tidak pernah datang
kesini” ujar Ika Pradipta
Penyataan Kasi Pemerintahan Desa Banaran itu disampaikan
kepada wartawan di dampingi Silalahi, Kasi Pelayanan Desa Banaran, sambil
mengatakan, pihaknya sudah sering kali melakukan sosialisasi tentang bahayanya
menempati bangunan di bibir sungai.
“Tetapi, warga setempat seolah tidak menghiraukan himbauan
kami, dengan alasan mereka sudah lama tinggal disitu dan sebagian juga mengaku
sudah memliki sertifikat tanah. Sehingga kami tidak dapat berbuat banyak,
karena mengenai kepemilikan serifkat tanah
berhubungan dengan BBWSBS dan instansi terkait” katanya
Kepedulian BBWSBS
Sementara, sepanjang pengetahuannya pihak BBWSBS tidak
pernah meninjau, bersosialisasi secara efektif kepada penduduk setempat. Sehingga
meski pihak pemerintahan Desa Banaran melakukan sosialisasi, tetap saja kurang
optimal tanpa kepedulian pihak BBWSBS dan dinas terkait. “Akhirnya, warga yang
menempati bangunan di bibir sungai itu kurang perhatian” tandasnya
Perangkat Desa Banaran
merasa cukup sulit, dalam memberikan pengetahuan kepada warga setempat untuk
meninggalkan tempatnya dari bantaran sungai. Kondisi seperti ini sudah
berlangsung lama, mungkin Karena BBWSBS teledor
dan pengawasannya kurang optimal dalam menjalankan fungsinya. Dibangun Parapet
Malah warga mengusulkan untuk menahan terjadinya banjir, berharap bisa
segera dibangun parapet, pencegah banjir berupa bangunan penghalang meningginya
air sungai, di sempadan Kali Jenes dan Premulung. Hal ini diusulkan, sebab
warga yang berdomisili di wilayah RW 1,2 dan RW 3 sering menjadi korban banjir.
Sementara warga yang tinggal di kawasan bantaran sungai itu sudah ada yang bersertifikat, namun juga
ada sebagian menempati tanah liar. Untuk itu, pihak Desa Banaran berharap BBWSBS
dalam hal ini bisa berperan optimal untuk melakukan penataan ulang. Termasuk penertiban
dan pengecekan status bangunanya. (Her)