Karangan Bunga dari Kalipepe Land,
milik Puspo Wardoyo yang dipajang di Sitihinggil Kraton Surakarta.
SOLO, JURNALKREASINDO.com - Untuk kesekian kalinya H. Puspo Wardoyo, pemilik kawasan distinasi wisata Kalipepe Land yang berlokasi di Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Boyolali memberikan dukungan kepada Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Kali ini Kalipepe Land memberikan dukungannya atas diselenggarakanya Sekaten
Art Festival yang berupa pentas seni tari, selama 6 hari mulai Jumat (29/8/2025)
sampai Minggu (5/9/2025) di Sitihinggil, Kraton Trah Dinasti Mataram Islam itu.
Pada kesempatan itu, GKR Wandansari, Ketua pengageng Sasana Wilapa kepada wartawan mengatakan, pihaknya mengucapkan terima kasih kepada Puspo Wardoyo, atas bantuan dan kepeduliannya terhadap kraton.
Gusti Moeng, ketika memberikan
keterangan dan ucapan terima kasih kepada H.Puspo Wardoyo.
Diketahui, Bulan Mulud Tahun Dal 1959 (penanggalan Jawa)
ataui tahun 2025 Masehi ini, menjadi tonggak sejarah bagi Kraton Surakarta, dimana
tradisi Sekaten merupakan tardisi yang sampai sekarang masih dilestarikan.
Untuk meramaikan tardisi sekaten tersebut, kraton setiap
hari menggelar pentas tari yang diikuti puluhan sanggar tari dari berbagai
daerah dengan penari ratusan jumlahnya. “Setiap harinya disini diselenggarakan
pentas tari, sedikitnya 5 kali tarian” katanya
Pentas tari ini digelar seiap malam, sejak pertama kali pusaka
gamelan Kyai Guntur Madu dan Nyai Guntur Sari ditabuh, sebagai pertanda tradisi
sekaten dimulai. Namun prosesi adat Kraton Surakarta Sekaten, puncaknya jatuh
pada Jumat Kliwon, 5 September 2025 atau tanggal 12 Mulud 1959. Tahun Dal.
Tari Labong, karya Pakoe Buwono VIII
yang dipentaskan dan menarik perhatian kalayak, di Sitihinggil.
Tahun Dal itu punya keistimewaan tersendiri, yakni jatuh pada setiap 8 tahun (sewindu), diinilai Istimewa, karena dalam tahun Dal, hari besar 1 Sura/Muharram, 12 Mulud dan 1 Syawal selalu jatuh di hari Jumat Kliwon.
Gusti Moeng
(panggilan akrab GKR Wandansari) mengatakan, prosesi Sekaten di Kraton
Surakarta untuk menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW yang sudah dimulai dengan
ditabuhnya gamelan Kyai Guntur Madu dan Nyai guntur Sari.
Gamelan ini merupakan bagian dari tradisi penting dalam
penyebaran agama Islam di Jawa oleh Sunan Kalijaga dan ditabuh selama tujuh
hari berturut-turut untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. (Her)