PENGEMBANGAN  STRATEGI PENDIDIKAN  MASA PANDEMI DAN PASCA PANDEMI

Suasana Webinar

SOLO (JURNALKREASINDO.COM)-Kelangsungan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar mengajar yang tidak dilakukan di sekolah berpotensi menimbulkan dampak negatif berkepanjangan. "Dampak itu antara lain, ancaman putus sekolah, penurunan capaian belajar, kekerasan pada anak dan risiko eksternal" kata Dr Bunyamin, Ketua Yayasan Pembina Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi (YPLP PT) PGRI Semarang Minggu (10/10/2021). 
Hal itu dikatakan ketika menjadi pembicara dalam webinar yang diselenggarakan Pengurus Wilayah (PW) Wanita Islam Jawa Tengah. Pembicara lainnya, H Syaifullah dari Kanwil Kemenag Jateng, serta Latifa K Tajibi, Ketua Dewan Pengawas Yayasan Pendidikan Bakti Wanita Islam. Lebih lanjut Bunyamin mengatakan, risiko putus sekolah dikarenakan anak “terpaksa” bekerja untuk membantu keuangan keluarga di tengah krisis pandemi Covid-19. 

 Orang Tua Tidak Tahu Peran Sekolah

 Selain itu, banyak orang tua yang tidak bisa melihat peranan sekolah dalam proses belajar mengajar apabila tidak dilakukan secara tatap muka. Perbedaan akses dan kualitas selama pembelajaran jarak jauh, tandas dia, dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi berbeda. Tanpa sekolah, lanjut dia, banyak anak terjebak dalam kekerasan rumah tanpa terdeteksi oleh guru. "Ketika anak tidak lagi datang ke sekolah, terdapat peningkatan resiko untuk pernikahan dini, eksploitasi anak terutama perempuan, dan kehamilan remaja," katanya memberi contoh. Dikatakan, kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat merupakan prioritas utamadalam menetapkan kebijakan pendidikan di masa pandemicovid-19. Tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial juga menjadi pertimbangan dalam pemenuhan layanan pendidikan selama masa pandemiCovid-19. "Untuk mengantisipasi konsekuensi negatif dan isu pembelajaran jarak jauh, pemerintah telah mengimplementasikan dua kebijakan baru. Yakni, perluasan pembelajaran tatap muka untuk zona kuning dan kurikulum darurat dalam kondisi khusus," tandasnya.(Njar)