GKR Wandansari, prihatin dengan
suksesi yang tejadi di Pura
Mangkunegaran.
"Putra tertua Gusti Pangeran Haryo (GPH) Paundra Jiwa
Suryanegara agar berani mengambil inisiatip mengumpulkan saudara-saudaranya,
untuk berembug, musyawarah demi kelangsungan
Pura Mangkunegaran” katanya
Demikian juga pihak
keluarga inti maupun Dewan Pinisepuh agar mendukung. Duduk satu meja memilih
figur yang paling tepat untuk menjadi Pengageng Pura Mangkunegaran di Praja
Kadipaten Mangkunegaran .
Diketahui, Pura Mangkunegaran didirikan Pangeran Sambernyowo
dibantu Punggawa Baku, pada 17 Maret 1757. putri Raja Kasunanan Paku Buwono XII kepaďa
wartawan, pada Sabtu (26/02/22). ”Sehingga penantian para kerabat dan
masyarakat tidak terlalu lama” tandasnya.
Berani Berinisiatip
Gusti Moeng (panggilan akrabnya), selaku Ketua Lembaga Dewan
Adat (LDA) Kraton Kasunanan Surakarta,
merasa prihatin melihat kondisi Mangkunegaran saat ini. Karena Gusti Moeng pernah punya pengalaman Suksesi di Kraton
Kasunanan Surakarta.
Pasca ayahandanya PB
XII mangkat mengatakan, kuncinya ada pihak yang berani berinisiatip dan
didukung kerabat kraton lainnya. Gusti Moeng ngeman, jangan sampai karena
dibiarkan berlarut-larut Suksesi di Praja Mangkunegaran bisa menjurus konflik
keluarga
Sebagai bagian dari trah atau keluarga besar dari Mataram, yang
mana Mangkunegaran ini juga bagian dari Mataram, pihaknya sangat prihatin melihat kondisi Mangkunegaran
pasca surut (wafat.Red) nya Mas Mangkunegara
IX.
Gusti Moeng menilai kelihatanya saat ini belum ada pembicaraan di Keluarga Inti.
Mestinya paling tidak setelah 40 hari
pasca surutnya Mas Mangkunegoro lX. “Semua
keluarga berkumpul berbicara bagaimana untuk kelanjutan Mangkunegaran,"
paparnya.
Kekayaan Budaya
Diakui Gusti Moeng, kondisi Kraton Kasunanan Surakarta
berbeda dengan Pura Mangkunegaran. Di mana kejadian konflik keluarga di Kraton
Kasunanan Surakarta, pihaknya tidak menginginkan dialami di Pura Mangkunegaran.
Kejadian yang berlangsung di Kraton Kasunanan Surakarta
beberapa waktu lalu, jangan terjadi pada
kraton trah Mataram lainnya. Meski diibaratkan wilayah Kraton maupun Pura
Mangkunegaran diibaratkan mung sak egare payung ( hanya kecil ibarat payung
yang dimekarkan.Red).
Namun budaya dan kekayaan adat istiadatnya, baik di
Mangkunegaran maupun Kasunanan Surakarta harus bisa lestari sampai akhir jaman
dengan aturan yang sudah disepakati dari leluhurnya.
Juga mengakui dalam aturan baku Suksesi di Kraton
Surakarta berbeda dengan Pura
Mangkunegaran. Gusti Moeng yang dikenal sebagai figur yang konsisten menerapkan
budaya Jawa itu menegaskan, bahwa saudara tua seharusnya memimpin untuk bicara
dengan saudaranya.
"Kalau dalam hal ini katakanlah Paundra (GPH Paundra
Jiwa Suryanegara.Red) harus bisa mempertemukan dengan kerabat lain
Mangkunegaran. Harus berani karena ini demi untuk kelangsungan Pura
Mangkunegaran itu sendiri," tegasnya.
Gusti Moeng juga
mengibaratkan bahwa sebuah rumah tangga harus ada sosok orang tua yang
dituakan. "Makanya saya menginginkan Mangkunegaran secepatnya untuk
berkumpul semua, siapa yang dituakan. Dan apapun hasilnya tapi harus tetap saling menghormati,"
tuturnya.
Kalaupun terus saling diam
sendiri-sendiri , tidak mau saling berkomunikasi hasilnya juga tidak bagus dan bisa ambyar (hancur), itu yang sangat
diprihatinkan. " Karena komunikasi itu sangat penting untuk mendapatkan
solusi dari permasalahan yang terjadi” tandas Gusti Moeng. (Ton)