Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota Surakarta Drs. Aryo Widyandoko, MH, saat melepas peserta sepeda ontel
dengan pakaian surjan dan mits.
SOLO (JURNALKREASINDO.COM) – Situs Cagar Budaya Astana Oetara bekerja sama dengan Paguyuban Masyarakat Nusukan Berbudaya (PAGARNAYA) menyelenggarakan kegiatan sepeda santai berbudaya dan Donor Darah bertajuk Napak Tilas Sang Adipati.
Acara tersebut terselenggara pada Minggu (13/02/2022).
Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati hari ulang tahun Kota Solo yang
277 tahun. Tepatnya jatuh pada tanggal 17 Februari 2022. Kegiatan sepeda santai
berbudaya ini diikuti 70 peserta.
Mereka menggunakan sepeda ontel dengan pakaian surjan dan mits
(penutup kepala) khas ciptaan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA)
Mangkunegoro VI. Pada kesempatan itu disaksikan Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Surakarta Drs. Aryo Widyandoko, MH.
Aryo mengemukakan,
pawai sepeda dimulai dari Museum Radya Pustaka. Rombongan sepeda berpawai
menuju rumah duka Thiong Ting dan berakhir di Cagar Budaya Astana Oetara.
"Kegiatan ini menggambarkan narasi dari peristiwa pemakaman KGPAA
Mangkunegoro VI” ujarnya
Modern dan Berpikiran
Terbuka
Dimana Mangkunegoro Vi itu, memimpin Kadipaten Mangkunegaran di Surakarta pada tahun 1896 hingga 1916. Aryo Widyandoko usai melepas pawai, pada Minggu (13/02/2022) juga menjelaskan, KGPAA Mangkunegoro VI merupakan sosok pemimpin yang modern dan berpikiran terbuka.
Kegiatan sepeda santai berbudaya ini
diikuti 70 peserta.
Dilihat dari konteks perpolitikan Jawa, Ia memiliki berbagai
kekhasan dan kebijakan-kebijakan yang berbeda dari raja-raja Jawa sebelumnya.
Kelihaiannya dibidang ekonomi dan didukung dengan karakternya yang memiliki sifat
egaliter, anti kolonialisme dan multikultural.
Bahkan mampu mengembalikan kesejahteraan Kadipaten Mangkunegaran
di masa kepemimpinannya. Drs. Lilik Kusnandar, Ketua Panitia Acara Napak Tilas
Sang Adipati mengatakan, “Kegiatan ini sebagai peringatan tentang peristiwa
pemakaman KGPAA Mangkunegoro VI” paparnya
Berani Berubah
Diketahui, Mangkunegoro VI turun tahta atas kemauannya sendiri,
setelah berhasil mengembalikan kejayaan Mangkunegaran, pindah ke Surabaya dan
meninggal di Surabaya. Beliau, seorang pemimpin Reformis yang mampu memajukan
perekonomian dan kesejahteraan sosial.
Terutama di Kadipaten Mangkunegaran pada masanya. “Kami
ingin semangat perubahan yang diajarkan KGPAA Mangkunegoro VI dapat memacu
semangat masyarakat, khususnya generasi muda Solo untuk berani berubah demi
kemajuan”.
Tiba di rumah duka Thiong Ting, rombongan sepeda disambut
dengan tarian teatrikal yang menggambarkan peristiwa persemayaman jenazah dari
KGPAA Mangkunegoro VI sebelum dimakamkan di Pasarean (Makam) Astana Oetara. (Eps)