PAMERAN SENI MASYARAKAT GANGGUAN JIWA, MENINGKATKAN KEPERCAYAAN dan HARGA DIRI

 


Hasil penjualan didistribusikan secara adil untuk partisipan pengkarya

SOLO (JURNALKREASINDO.COM) - Tim penelitian ISI (Institut Seni Indonesia)Surakarta yang diprakarsai Dr. Taufik Murtono, M. Sn menginisiasi workshop menciptakan seni bersama masyarakat gangguan jiwa.

 Beberapa hasil workshop ini dipamerkan dengan tajuk karya ‘Orang Dengan Gairah Jiwa’ di Archetipe 6, ajang pameran seni berbasis kejiwaan yang diselenggarakan oleh HIma Fakultas Psikologi UNS. Archetipe 6 digelar 21-24 Oktober 2022 lalu.

Work shop ini diselenggarakan di Taman Budaya Surakarta (TBS) Jawa Tengah. Taufik menjelaskan, tema ‘Orang Dengan  Gairah Jiwa’ini bertujuan menciptakan seni dengan model partisipatif. Artinya, pendekatan seni partisipatoris ini selain bertujuan fisik untuk mencipta karya seni.

Juga secara sosial-psikologis mampu meningkatkan kepercayaan, harga diri dan membangkitkan energi masyarakat yang memungkinkan tumbuhnya semangat baru untuk peningkatan sosial-ekonomi.

Mengatasi Gangguan Jiwa

Ekspresi seni ini, berpeluang membantu mengatasi gejala gangguan jiwa, pada episode depresi. Dengan demikian penciptaan seni bersama ini, dapat menjadi penyemangat, karena partisipan merasa dihargai, diberi aktivitas produktif, menyenangkan sekaligus memberi harapan keuntungan.

Hasil penjualan didistribusikan secara adil untuk partisipan pengkarya seni.

Hasil karya seni beserta produk turunannya dalam workshop ini dihimpun dan dipamerkan secara offline di beberapa acara seni maupun online di laman All People’s Gallery. Galeri yang sedang dirintis ini, mengusung semangat inklusi dengan tajuk ‘galeri semua orang;

Sehingga terbuka bagi siapa saja untuk menampilkan karya. Hasil penjualan didistribusikan secara adil untuk partisipan pengkarya, pengelola galeri, maupun mitra pihak ketiga. Proyek rintisan ini dipelopori oleh Taufik Murtono, praktisi dan dosen Desain Komunikasi Visual DKV ISI Surakarta.

Stigma Negatif

Selain jugadidukung tim riset serta mitra. Gangguan jiwa itu dapat terjadi pada siapa saja, dalam intensitas ringan, sedang, bahkan berat. Di Indonesia masih ditemukan stigma negatif terhadap pengidap gangguan jiwa.

Untuk itu masih diperlukan banyak inisiatif pemberdayaan dari semua pihak. Seni tidak dapat dilepaskan dari sisi kejiwaan. Seni dalam berbagai literatur telah dinyatakan cukup efektif sebagai sarana relaksasi bagi orang dengan gangguan jiwa. (Njar)