Telaga yang ada disudut Desa Pulutan
yang digunakan melakukan prosesi ritual Turun Telaga.
GROBOGAN
(JURNALKREASINDO.COM) - Secara turun temurun warga Desa Pulutan, Kecamatan
Penawangan, Kabupaten Grobongan mempercayai adanya tradisi ritual Turun Telaga. Tradisi ini sudah berlangsung selama ratusan tahun.
Ritual tersebut sampai sekarang masih diyakini bagi keluarga
calon mempelai wanita. Dimana sebelum menunaikan
hajat ijab qobul , pihak keluarga pengantin wanita, harus lebih dahulu melakukan
ritual Turun Telaga, bagaimana
prosesi ritual yang dikeramatkan tersebut ?
Taradisi ini tidak bisa diabaikan begitu saja, sebab kalau
sampai lalai, apalagi sengaja melupakan, maka nantinya setelah mempelai
perempuan melangsungkan pernikahan dan
hamil, dikawatirkan akan melahirkan bayi albino (penyakit kekurangan
pigmen).
“Kejadian ini sudah
terjadi berulangkali disini, beberapa perempuan yang melahirkan bayi albino,
karena waktu menjelang pernikahannya, tidak didahului menjalani prosesi ritual Turun Telaga yang sudah diyakini,
kebanyakkan warga disini” ujar Hadi Indarto, warga sekitar telaga
Hari Jumat
Cerita mitos yang sudah diyakini serta sulit dilupakan itu,
karena ritual keramat Turun Telaga tersebut,
sudah menjadi tradisi ritual peninggalan para leluhur warga setempat. Dikisahkan,
beberapa hari menjelang pernikahan, tepatnya pada hari Jumat.
Pihak orang tua calon mempelai wanita diharuskan untuk ‘memerintahkan’
atau mengutus beberapa keluarganya menjalani prosesi ritual Turun Telaga yang berlokasi disudut desa
setempat. Utusan ini dengan membawa sesaji jajan pasar untuk disebarkan di
telaga.
Tentu jajan pasar itu, sebelumnya disebar ditengah telaga,
terlebih dahulu dilakukan umbul donga (pemanjatan doa) yang dipimpin oleh
sesepuh desa setempat. Seusai melakukan
prosesi ritual umbul donga dari tepi telaga.
Mengambil Air Telaga
Maka salah satu keluarga calon pengantin perempuan, lalu mengambil
air telaga secukupnya secara langsung dan dimasukkan kedalam botol yang sudah
dipersiapkan. “Air telaga dalam botol itu nantinya untuk diminum kedua calon
mempelai, sebelum melakukan ijab qobul” ujar Hadi
Anehnya, kalau sampai prosesi ritual Turun Telaga tersebut lupa, apalagi sengaja tidak dilakukan, maka keluarga
dan warga setempat akan merasa cemas, was-was atau kawatir, sebab dalam waktu
dekat bencana (musibah) akan menimpa sepasang pengatin baru tadi.
Apalagi ketika mempelai perempuan nanti sudah hamil, kecemasan
akan meningkat, dikawatirkan bayi yang dikandunganya albino. “Sehingga warga disini akan menambah
lagi jumlah orang albino, hanya gara-gara keluarga pengantin perempuan lupa
menjalani prosesi ritual Turun Telaga
yang menjadi keyakinanwarga setempat. (Her)