RAy Dewi Mega Arum Sri Sapawi (berdiri baju putih), saat memimpin umbul donga.
SOLO
(JURNALKREASINDO.COM) – Untuk menepis berbagai keruwetan yang terjadi di
negeri belakangan ini, atas munculnya berbagai
kejadian ditengah-tengah kehidupan masyarakat, seperti mahalnya harga-harga
kebutuhan pokok, BBM maupun melambungnya
pajak membuat banyak orang susah, karena
mereka tidak mampu lagi mencukupi kebutuhn hidupnya sehari-hari.
Untuk itulah, RAy Dewi Mega Arum Sri Sapawi, seorang
budayawan dan supranaturalis Jawa yang tinggal di Kota Solo ini, merasa
prihatin, sehingga pada malam 1 sura, tahun
1957 ini ia menggelar ritual dengan sesaji sega ruwet. “Kami juga
menyebar udik-udik yang isinya biji-bjian dan uang. Hal ini memiliki makna
saling berbagi untuk kesejahteraan rakyat”
ujar Dewi
Selanjutnya ritual andum sega ruwet (membagi nasi ruwet ) yang
semua prosesi ritual tersebut dilakukan di halaman rumahnya yang berada di
kawasan jalan Veteran, Kota Solo, pada Rabu (19/07/2023) malam, tepat pada
pergantian tahun(tahun baru) dari hitungan penanggalan Jawa. “Ritual andum sega
ruwet ini, diharapkan mampu mengurai berbagai keruwetan dan permasalahan yang dialami
bangsa di negeri ini katanya lagi
Suasana berebut uang udik-udik,
tauladan salaing berbagi.
Sega ruwet yang dibungkus daun pisang ini cukup sederhana. Awalnya wanita yang kerap menjalankan berbagai lelaku ritual di tempat-tempat keramat itu menggelar umbul donga (pemanjatan doa), bersama dengan beberapa warga yang merupakan abdi dalem Keraton Surakarta Hadiningrat. Doa dipanjatkan khusus kepada Sang Pencipta” paparnya
Pembagian Sega Ruwet
Sedangkan tujuan khususnya untuk senantiasa melimpahkan keberkahan
dan jalan terang, agar tidak ada lagi hambatan di tahun depan. "Momen
pergantian tahun ini saat yang tepat bagi kita untuk memohon pertolongan kepada
Sang Pencipta Alam Semesta, agar keruwetan yang terjadi ditahun ini, bisa
tersingkir dari Bumi Pertiwi ini” harapnya
Sehingga di tahun
yang akan datang senantiasa diberi keberkahan, keadilan dan kemakmuran bagi
bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia ini. Dalam ritual umbul donga
(pemanjatan doa) itu juga masing-masing orang yang ada disana maupun orang yang
melintas didepan halaman rumahnya, diperkenankan memegang dupa wangi.
RAy Dewi, saat menunjukan lauk sega
ruwet yang dibungkus daun pisang.
Seusai melakukan prosesi ritual umbul donga kemudian
dibagikan ke seluruh warga yang hadir dan melintas di depan rumah Dewi. Juga dijelaskan, sega ruwet sengaja diciptakan
setelah dirinya mendapat petunjuk dalam sebuah laku spiritual. Wujud sega ruwet
sendiri sebenarnya hampir mirip dengan menu nasi berkat, yang saat ini banyak
disajikan di warung=warung makan.
Bungkus Daun Pisang
Di mana nasi dengan berbagai lauk tertentu yang dibungkus
dengan daun pisang.Namun berbeda dengan sega berkat yang menggunakan lauk ayam,
daging ataupun telur, sega ruwet hanya berupa nasi putih, lauknya gereh ( ikan
asin) yang maknanya sareh (sabar). “jadi siapa yang memakannya supaya diberi
kesabaran dalam menghadapi tantangan” tandasnya
Jadi setiap lauk yang ada didalam sega ruwet ini memiliki
makna dan simbolik, yang merupakan wujud dari harapan dan doa. Jadi inti dari sega
ruwet ini adalah permohonan doa yang semata-mata ditujukan kepada Tuhan Yang
MahaKuasa. Selain gereh juga asem-asem (rasa asem), maknanya agar kehidupan
yang dijalani tidak asem.
Lalu serundeng (parutan kelapa yang digongso)yang merupakan
akronim dari serune diendeng-endeng (rbanyak orang/ramai) yang menurut
Dewi, maknanya adalah kemeriahan atau
kebahagiaan akan menyertai. "juga bakmi yang wujudnya panjang-panjang,
ibarat memiliki usus panjang, jadi dalam menghadapi cercaan dan hinaan, bisa dihadapi
tanpa rasa iri dan dengki” tuturnya
Menebar Udik-udik
Setelah itu nasi dengan berbagai lauk itu dibungkus godhong gedhang yang maknanya, siapa saja yang memakan sega ruwet tersebut,
diharapkan terang hati, pikiran dan jiwanya. Sebelum sega ruwet itu dibagikan,
terlebih dulu Dewi menyebar udik-udik yang tentu saja menjadi rebuaan orang
yang ada disana. Dimana yang mereka rebutkan uang yang disebar,.
Sedangkan uang yang disebar terdiri mulai dari uang recehan
Rp 2000 sampai Rp 100 ribu. Hal ini untuk meneledani agar semua orang bisasaling berbagi, yang kaya
berbagi kepada yang miskin, yang sakit bisa ditolong orang yang sehat, yang
berkesusahan bisa mendapatkan hiburan dan sebagainya.”Mari kita berlomba-lomba
berbuat kebajikan dan kebaikan” pesannya
Sedangkan menyebar
biji- bijian, yang terdiri dari kacang hijau, kedele dan hasil bumi lainya
itu, memiliki makna yang terkandung, agar
biji-bijian itu bisa menjadi berkah bagi seluruh alam semesta, termasuk petani
agar tanah garapannya subur makmur, bagi pedagang bisa laris manis, bagi
pengusaha bisa sukses dan sejahteran” pungkasnya. (Her)