FATIPA Unisri Solo Lakukan Pengabdian Di Sukolilo, Kawasan Pegunungan Kendeng

 

Tim FATIPA Unisri, ketika mempratekan membuat selai kepada warga Sukolilo, Pati. 

PATI, JurnalKreasindo.com  -Dukuh Tumpang, Desa Porang- Paring, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, salah satu daerah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah di kawasan Pegunungan Kendeng, tepatnya di lereng bukit. Kecamatan Sukolilo yang berjarak kurang lebih 25 km dari pusat Kota Pati itu, masyarakat desa Porang Paring sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.

Tanah di daerah tersebut cenderung berkapur, mayoritas tanamannya adalah tanaman buah seperti sirsak, rambutan, nangka, pisang, alpukat, kemudian jagung serta tanaman cabai. Produksi yang paling banyak adalah buah sirsak yang harganya sangat murah saat panen raya. Tim Pengabdian Mayarakat Fakultas Teknologi dan Industri Pangan (FATIPA) Unisri Surakarta mendapat dana hibah.

Untuk  pengabdian masyarakat tentang ‘Pemberdayaan Potensi Masyarakat Desa Porang Paring Melalui Pengembangan Olahan Pasca Panen Hortikultura Dan Buah’ dari Kementrian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Tahun 2024. Dari program itu, tim pengabdian yang dipimpin Dr Nanik Suhartatik, sekaligus Dekan FATIPA Unisri mencoba memberi solusi mengatasi buah sirsak yang cepat busuk dan harga murah.

Pembuatan Selai

Kegiatan itu dilakukan pada Kamis (13/9/2024), tim pengabdian FATIPA mengadakan pelatihan pembuatan selai, kerupuk dan geplak yang semuanya disubstitusi bubur (puree) sirsak. Pelatihan diikuti 20 anggota kelompok tani KOMPAK (yang merupakan kelompok yang mewadahi petani di dukuh tersebut).

Kegiatan tersebut juga difasilitasi oleh Yayasan Yekti Angudi Piadeging Hukum Indonesia (YAPHI). Peserta pelatihan cukup antusias terlibat dalam kegiatan, karena kegiatan bersifat parsipatif yang langsung melibatkan peserta dalam pembuatan produk. "Selai, kerupuk dan geplak merupakan produk yang memiliki daya awet yang panjang sehingga bisa menjadi alternatif pengawetan buah sirsak, yang selama ini saat panen raya dijual sangat murah, bahkan dibuang," kata Dr Nanik Suhartatik. (Her)