Tim PKM Unisri melakukan pendampingan produksi susu di Boyolali.
SOLO,
JurnalKreasindo.com – Kabupaten Boyolali dikenal sebagai penghasil susu
sapi, tetapi belakangan ini produksi
susu sapi yang dihasilkan kini mulai mengalami penurunan, akibat adanya
penyakit pada ternak sapi. Bahkan berdasarkan data BPS Jawa Tengah, produksi
susu sapi di kabupaten tersebut di 2021 mencapai 53.003.680 liter, kemudian
turun menjadi 51.962.322,91 liter di 2022 dan di 2023 turun drastis menjadi
740.689 liter.
Kendati demikian,
produksi susu sapi di Kabupaten Boyolali masih tergolong tinggi, dibandingkan
kota - kota lain di Jawa Tengah. Sehubungan dengan masalah tersebut, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)
Universiatas Slamet Riyadi(Unisri) Surakarta
yang memperoleh pendanaan DRTPM dari Kemendikbud, dengan ketua program
Yannie Asrie Widanti melakukan pendampingan,
dalam rangka standarisasi proses dan produk olahan susu sapi.
Pendampingan dilakukan pada kelompok UMKM Serba Susu
Boyolali yang diketuai Sunarno di Dukuh Kebon Ijo, Desa Karangnongko, Kecamatan
Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kegiatan pendampingan yang dimulai
sejak Juli 2024 dan akan berakhir pada November 2024 itu, bertujuan untuk
meningkatkan kualitas olahan susu, diversifikasi produk dan memperbaiki proses
produksi. "Diharapkan pada akhir kegiatan akan nampak peningkatan kualitasnya”
ujar Yannie
Lebih jauh Yennie mengatakan, baik pada kuantitas produk
disertai peningkatan penjualan. Rangkaian
kegiatan yang telah dilaksanakan, antara lain pelatihan pembuatan yoghurt,
pelatihan pembukuan dan digital marketing, pembuatan label kemasan, analisis
nilai gizi produk dan pemberian bantuan mesin pasteurisasi, bantuan penambahan
daya listrik, serta kerja sama penjualan produk dengan outlet yang dikelola
oleh UKM Kewirausahaan Mahasiswa Unisri .
Mesin Pasteurisasi
Untuk modifikasi mesin pasteurisasi yang dilakukan, berupa
pengembangan mesin pasteurisasi yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan waktu
dengan penggunaan daya yang relatif rendah. Yannie Asrie Widanti juga
menjelaskan, proses pasteurisasi pada pengolahan susu merupakan tahap yang
penting, karena pada tahap ini akan
mematikan mikrobia pathogen, sehingga produk olahan susu akan lebih awet
dan lebih aman dikonsumsi.
Proses pasteurisasi yang tidak dilakukan dengan suhu yang
terlalu tinggi, sebab akan merusak nilai gizi dan menimbulkan flavor sangit,
sedang suhu yang terlalu rendah menyebabkan produk tidak awet dan tidak
mencapai titik aman karena masih adanya mikrobia pathogen yang berbahaya. "Suhu dan lama
pasteurisasi merupakan faktor penting sebagai titik kendali. Berdasarkan
beberapa hasil riset, suhu dan lama proses pasteurisasi yang optimal pada suhu
85o C.
Selama 20-30 menit,
kemudian suhu diturunkan sampai 10oC dengan suhu penyimpanan 4o C. "Agar
tercapai kondisi optimal diperlukan alat atau mesin yang dilengkapi dengan
pengatur atau pengendali suhu dan waktu. Selain pengembangan produk dan
modifikasi alat atau mesin, pendampingan yang dilakukan juga mencakup pembukuan
agar pencatatan keuangan lebih tertib dan rapi, serta pengembangan digital
marketing untuk meningkatkan penjualan’ paparnya
Di samping itu juga diberikan bantuan perbaikan tampilan
kemasan melalui pembuatan label kemasan. Program ini diharapkan berkelanjutan untuk
mendukung perkembangan produk olahan susu sebagai produk unggulan di Kabupaten
Boyolali. (Her)