Bamsoet ketika memberi pengarahan,
sebelum membuka acara lomba Free Fly di Bali.
BALI (JURNALKREASINDO.COM) - Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menuturkan, upaya konservasi satwa, temasuk burung paruh bengkok, saat ini semakin menghadapi banyak tantangan. Terutama disebabkan semakin rusaknya habitat asli satwa.
Baik yang disebabkan faktor alam, maupun karena faktor campur
tangan manusia. Semisal, kegiatan penebangan hutan atau de-forestasi yang terus
menerus semakin intens dilakukan. "Hingga Februari 2020, avi-fauna atau
jumlah varietas burung di Indonesia tercatat sebanyak 1.794 spesies.
Menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah spesies
burung terbanyak keempat di dunia, setelah Kolombia, Peru dan Brazil. “Dari
besarnya keragaman avi-fauna yang kita miliki tersebut, 81 jenis di antaranya burung
paruh bengkok” kata Bamsoet
Dimana persentase terbesar sebanyak 32 jenis atau hampir 40 persennya
hidup di wilayah Maluku. Ungkapan Bamsoet itu diutarakan, pada Sabtu
(26/03/2022), saat membuka Lomba Free Fly Piala Ketua MPR RI di Blackstone
Beach Bali.
Bukan Euforia
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang
Hukum, HAM dan Keamanan ini menuturkan, lomba Free Fly Piala Ketua MPR RI bukan
sekedar euforia dari komunitas pecinta satwa untuk menikmati daya tarik dan
pesona burung paruh bengkok yang mengikuti lomba.
Para peserta lomba Free Fly, siap jaga
dan lindungi satwa langka.
Tetapi juga sebagai ajang media gathering, silaturahmi,
serta saling bertukar informasi antar komunitas pecinta burung paruh bengkok. "Acara
ini harus menjadi bagian dari edukasi untuk menggugah kesadaran dan komitmen
masyarakat” tambahnya
Terutama mengenai pentingnya pelestarian dan perlindungan
satwa. Khususnya burung paruh bengkok yang di alam liar habitatnya semakin
terancam. Dengan karakter yang unik dan warna bulu yang mencolok.
Pelestarian Satwa
Burung paruh bengkok ini, satwa yang mudah membuat pecinta satwa terpesona dan jatuh hati. Pembina
Perhimpunan Kebun Binatang se-Indonesia dan Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia
ini menambahkan, dengan semakin berkurangnya habitat asli yang dimiliki.
maka kebijakan
konservasi satwa dapat memberikan manfaat yang optimal bagi perlindungan dan
pelestarian satwa. Salah satunya melalui penangkaran. Baik yang dilakukan
secara institusi kelembagaan, maupun kelompok masyarakat yang memiliki
kecintaan, kepedulian, kompetensi dan kapabilitas.
"Kegiatan penangkaran satwa ini bertujuan untuk melindungi
dan merawat satwa, menghindarkan dari berbagai faktor risiko, serta
memperlakukan satwa sebagaimana mereka hidup pada habitat aslinya. Masyarakat terlibat
dalam mengembangbiakkan dan menghindarkan satwa yang dilindungi dari ancaman
kepunahan," pungkasnya. (Njar)